Rabu, 17 Juni 2015

Perkebunan

TUGAS INDIVIDU
AGRIBISNIS TANAMAN HORTIKULTURA

PERMASALAHAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN PADA KOMODITI TANAMAN HIAS KRISAN
UNHAS_C.JPG







OLEH :
NAMA            : RARA KINANTI
NIM                : G 111 12 277
KELAS          : D



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pasca Panen Bunga Krisan
Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Pasca panen merupakan tahapan penting dalam usahatani karena tanpa penanganan yang baik akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian yang dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penanganan panen di Indonesia mencapai rata-rata 21% dari produk yang dihasilkan. Penanganan pasca panen untuk bunga potong sebagai salah satu produk hortikultura yang sangat mudah rusak, sangatlah penting karena meskipun vase life atau daya tahan kesegaran suatu bunga ditentukan dari jenis atau varietas tanaman, cara budidaya dan faktor-faktor klimat (iklim) dari lokasi budidaya sangat menentukan. Penanganan pasca panen pada produksi bunga potong adalah hal yang sangat penting, karena untuk mempertahankan kesegaran bunga yang dihasilkan agar kelak sampai pada konsumen, bunga tetap segar dan menarik. Meskipun penanganan ini hanya memakan waktu singkat dibandingkan dengan bagaimana produk ini dihasilkan, tapi sangat menentukan kualitas bunga potong yang dihasilkan sebelum produk ini sampai kepada pengguna.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam tahapan pasca panen adalah: 1). Penentuan waktu yang tepat, 2). Teknik panen, 3). Transportasi hasil panen, 4). Penempatan hasilpanen, 5). Sortasi, 6). Packing, 7). Penyimpanan, 8). Transportasi dari kebun ke rumah/ kios dan 9). Distribusi ke konsumen. Tahapan-tahapan ini tidak begitu lama, tapi membutuhkan perhatian dan kerja yang teliti, sesuai produk yang dihasilkan. Untuk itu sebelum mengerjakan perlu diketahui sifat dan karakter dari produk yang dihasilkan, dan tujuan pasar yang akan dituju. Karena pengetahuan tentang karakter prouk inilah yang akan menentukan cara-cara dalam penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk yang dihasilkan tetap prima. Dan tujuan pasar juga harus diketahui untuk penentuan grading dan packing produk tersebut. Jadi tahapan panen dan pasca panen merupakan tahapan penting dan anding dari produksi bunga potong, karena meski telah melewati tahapan budidaya yang baik dan benar, tapi penanganan panen dan pasca panen tidak baik akan menurunkan nilai jual dari produk yang dihasilkan.
Perlakuan terhadap bunga potong ini antara lain adalah perlakuan pada saat sebelum panen yang antara lain seperti greenhouse, sistem irigasi, pemberian nutrisi yang tepat, pencahayaan dan lain-lain. Perlakuan setelah panen atau pasca panen antara lain adalah pemotongan tangkai bunga, pendinginan atau penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya
Hasil panen dilapangan, diusahakan agar secepatnya diletakan pada tempat yang teduh dengan wadah tampung yang baik, sesuai produk yang dihasilkan, seperti menggunakan ember yang berisi air, keranjang plastik atau kain terpal yang dapat dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapang. Tempat penampungan yang baru dipanen harus teduh dan sejuk serta dilengkapi dengan bak-bak perendaman bunga yang selalu dijaga kebersihannya. Tempat penyimpanan harus sebaiknya menyatu dengan tempat grading, packing dan cold storage (bila ada). Produk yang telah terkumpul ditempat penampungan ini kemudian akan dilakukan proses pemilahan berdasarkan mutu tiap-tiap produk yang disebut proses penyortiran (grading).
Tidak semua hasil panenan dapat dipasarkan, namun harus disortir dari produk yang kurang baik atau diluar standart. Kriteria standart mutu produk hortikultura di Indonesia termasuk bunga potong belum baku, walau ada beberapa jenis yang telah di bakukan dalam standar nasional Indonesia seperti Krisan, Mawar, Gladiol, Anyelir, Anggrekdan Helikonia. Namun karena sistem pemasaran belum melalui pasar lelang, maka aturan ini relatif belum banyak digunakan oleh produsen. Satandar mutu yang digunakan adalah secara umum saja seperti: tangkai bunga tidak bengkok, besar tangkai proporsional dengan panjang tangkainya bersih dari bekas serangan hama dan penyakit. Kemudian untuk krisan pengemasan dalam kemasan 10 tangkai dengan pembungkus kertas polos, kertas berloga nama produsen atau dengan plastik
1.2 Tujuan
Dengan kegiatan kerja praktik mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara membudidayakan bunga potong serta permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan, dengan teknologi yang digunakan selain mendapatkan pengalaman kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Hias Krisan
Kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisi        : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas               : Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo                : Asterales (compositae)
Famili              : Asteraceae
Genus              : Chrysanthemum
Spesies : Chrysanthemum morifolium Ramat, dan lain-lain.
Krisan merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chysanthemum berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen the east.
Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia, karena terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.
2.2 Permasalahan yang ada pada Pasca Panen
Relatif sedikit informasi pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya dalam hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan dengan sense dan kematian sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah dan daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan fisiologi daripada senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan produk-produk pertanian lainnya.
Perbedaan tersebut meliputi.
1. Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai, dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unit memiliki morfologi dan fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
2. Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia perkembangan yang sempurna atau perkembangan penuh. Teknik penanganan pascapanen dari pada buah dan sayuran adalah secara langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan mempertahankan produk tetap dalam keadaan segar. Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama, adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia mekar penuh. Stadia kedua, adalah kematangan, senesen, dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan proses metabolisme pada stadia kedua.
            Adapun masalah yang biasanya terjadi pada pasca panen yaitu masalah yang muncul adalah jauhnya tempat pemesanan, seperti misalnya bunga datang bisa berhari-hari, pengiriman secara teknis sangat repot karena perlu air dan sebagainya, bunga saat datang sudah layu dan tidak segar, bunga banyak yang rontok dan banyak lagi masalah atau kendala yang dihadapi petani maupun konsumen. Kendala pengiriman sangat banyak yaitu karena jauhnya tempat pemesanan, seperti misalnya bunga datang bisa berhari-hari, pengiriman secara teknis sangat repot karena perlu air dan sebagainya, bunga saat datang sudah layu dan tidak segar, bunga banyak yang rontok dan banyak lagi masalah atau kendala yang dihadapi petani maupun konsumen. Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu kiranya ada suatu upaya untuk membantu para petani dalam penanganan pasca panen. Upaya pengawetan dan penanganan pasca panen dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : pendinginan awal setelah bunga dipotong, perendaman dengan larutan perendam (sukrosa) selama pengiriman, penyimpanan dan teknik pengemasan yang tepat selama distribusi (Edwina, 2005). HasiI dari program ipteks ini adalah : 1) Kelompok tani mampu mengadopsi pengetahuan yang disampaikan dan sudah mampu melakukan penanganan pasca panen bunga potong krisan dengan baik, 2) Hasil program ini dapat diterapkan dalam penanganan pasca panen dan pendistribusian karena mampu mempunyai umur simpan 12 hari, 3) Petani dapat menangani masalah bunga krisan dengan cara yang mudah dan murah.
Tahapan akhir dari budidaya bunga potong Krisan adalah pemanenan, dimana pada tahap ini tingkat kematangan produk yang akan dihasilkan telah optimum. Waktu pencapaian kematangan ini tidaklah sama meskipun pada jenis tanaman yang sama. Karena hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah , intensitas matahari, iklim makro setempat, seperti temperatur dan kelembaban dan teknik budidaya. Panen dapat dilakukan pada umur tanaman 90-100 hari sesudah tanam. Bunga siap dipanen setelah petal bunga membuka 75-100% (sesuai dengan permintaan konsumen). Panen dengan cara dipotong, menggunakan gunting pemotongan agar tidak merusak jaringan tanaman. Karena diharapkan setelah panen, induk dapat dikembangkan lagi untuk potmum.Hasil panen dikelompokkan sesuai tinggi tanaman, dikumpulkan pada wadah yang telah disiapkan. Wadah diberikan sedikit air dan kalau perlu ditambahkan sedikit gula putih, agar dapat mempertahankan kesegaran tanaman hasil panenan. Tanaman dikelompokkn pada setiap ikatan sebanyak 10 tangkai, sesuaikan keadaan tanaman, untuk memudahkan dalam penghitungan kelak. Teknik panen, potong agak miring agar penyerapan air relatif besar. Panen dan Pasca panen merupakan tahapan penting dalam usahatani karena tanpa penanganan yang baik akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian yang dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penanganan panen di Indonesia mencapai rata-rata 21% dari produk yang dihasilkan. Penanganan pasca panen untuk bunga potong sebagai salah satu produk hortikultura yang sangat mudah rusak, sangatlah penting karena meskipun vase life atau daya tahan kesegaran suatu bunga ditentukan dari jenis atau varietas tanaman, cara budidaya dan faktor-faktor klimat (iklim) dari lokasi budidaya sangat menentukan. Penanganan pasca panen pada produksi bunga potong adalah hal yang sangat penting, karena untuk mempertahankan kesegaran bunga yang dihasilkan agar kelak sampai pada konsumen, bunga tetap segar dan menarik. Meskipun penanganan ini hanya memakan waktu singkat dibandingkan dengan bagaimana produk ini dihasilkan, tapi sangat menentukan kualitas bunga potong yang dihasilkan sebelum produk ini sampai kepada pengguna. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam tahapan pasca panen adalah: 1). Penentuan waktu yang tepat, 2). Teknik panen, 3). Transportasi hasil panen, 4). Penempatan hasilpanen, 5). Sortasi, 6). Packing, 7). Penyimpanan, 8). Transportasi dari kebun ke rumah/ kios dan 9). Distribusi ke konsumen. Tahapan-tahapan ini tidak begitu lama, tapi membutuhkan perhatian dan kerja yang teliti, sesuai produk yang dihasilkan. Untuk itu sebelum mengerjakan perlu diketahui sifat dan karakter dari produk yang dihasilkan, dan tujuan pasar yang akan dituju. Karena pengetahuan tentang karakter prouk inilah yang akan menentukan cara-cara dalam penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk yang dihasilkan tetap prima. Dan tujuan pasar juga harus diketahui untuk penentuan grading dan packing produk tersebut. Jadi tahapan panen dan pasca panen merupakan tahapan penting dan anding dari produksi bunga potong, karena meski telah melewati tahapan budidaya yang baik dan benar, tapi penanganan panen dan pasca panen tidak baik akan menurunkan nilai jual dari produk yang dihasilkan.












BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Solusi Pasca Panen atau Pengolahan yang ditawarkan
Karena tinggi kandungan air jaringan maka tanaman hias pot ataupunbunga potong merupakan komoditi yang mudah rusak dan sulit untukmempertahankan diri dari kekeringan. Sedangkan, bunga-bunga yang mulaimengering sangat tidak disukai oleh konsumen.Karena kelembutan dan kehalusannya maka tanaman hias pot maupunbunga potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan infeksipatogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Selain itu prosesmetabolisme untuk mempertahankan hidupnya sangat singkat, maka dari itumerupakan masalah penanganan pascapanen untuk komoditi ini perludicarikan jalan pemeecahannya.Terdapat fakta nyata bahwa sejumlah besar kehilangan hasil padatanaman hias pot dan bunga potong terjadi pada periode pascapanen.Tercatat sebesar 20 persen karena tidak terjualnya komoditi akibatpenanganan yang tidak tepat teknologi, lebih 10 persen komoditi gagaldipanen karena menunjukkan jeleknya kualitas pertumbuhan, dan lebih 50persen rusak selama penanganan dan pengiriman. Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan,pengangkutan, pemasaran, promosi, dan desain wadah penyimpananmerupakan rantai penanganan pascapanen pada dunis bisnis bunga potongdan tanaman hias pot ataupun tanaman hias lainnya (floriculture). Namunterdapat banyak variasi penerapan teknik dan pengetahuan diantara banyakpengusaha di bidang ini. Oleh karenyanya, pengusaha maupun petani produsen komoditi ini harus mendapatkan pengetahuan yang tepat dan baikguna penanganan selama periode pascapanen komoditi bersangkutan.Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias potdan bunga potong akhirnya telah berkembang, walaupun lajuperkembangannya masih sangat lamban. Teknik-teknik penangananpascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil pada komoditi panenantanaman hias ini meliputi,1. Seleksi kultivar (atau jenis-jenis) unggul,2. Menentukan standar panen (tingkat kematangan),3. Perlakuan kimia sebelum pengangkutan,4. Teknik-teknik pengepakan,5. Pengaturan lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dankomposisi atmosfir penyimpanan,6. Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawayang mengatur mekarnya kuncup bunga, dan7. Model atau fasilitas pengangkutan.
Permasalahan utama yang harus dipecahkan pada penanganan pasca panen bunga potong adalah bagaimana memperlambat proses respirasi dan tranpirasi, memperkecil akumulasi etilen, dan mencegah serangan hama dan penyakit dari sejak bunga dipanen dan disimpan di tingkat petani dan ketika bunga berada dalam perjalanan dari produsen sampai ke konsumen. Pada umumnya petani masih menggunakan cara-cara penanganan tradisional yang mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan bunga potong. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan untukmengatasi masalah tersebut adalah dengan mengembangkan teknologi penanganan pasca panen bunga potong sesuai dengan karakteristik fisiologis yang dimilikinya baik ditingkat petani, pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer. Seleksi kultivar untuk memperoleh produk bunga potong yang berkualitas tinggi, penentuan saat panen yang tepat, cara panen yang tepat, perlakuan-perlakuan kimiawi untuk memperpanjang daya simpan, pengembangan tenik penyimpanan dan pengemasan, dan perencanaan model pengangkutan adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjamin tersedianya bunga dengan kualitas yang tinggi di pasaran.
3.2 Pasca Panen Bunga Krisan
Kegiatan pascapanen meliputi:
1.   Penyimpanan
Cara menyimpan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Cara-cara penyimpanan itu antara lain dengan merendam tangkai bunga kedalam air, memberi perlakuan kimiawi, dan dengan cara pendinginan. Teknologi penyimpanan sederhana diuraikan oleh Rukmana (1992) yaitu dengan cara merendam tangkai bunga kedalam air yang bersih dan menyatakan bunga potong perlu direndam dalam air suam-suam kuku dengan suhu 30-35 0C selama 2 menit sebelum dikemas. Respati dalam IPTEKNET (2006) menganjurkan, memakai perlakuan kimiawi terhadap bunga krisan dengan merendam tangkai bunga kedalam pengawet Chrystal sebanyak 5 gr/l air. Bunga disimpan dalam ruangan yang mempunyai suhu optimum 3-5 0C dan RH 80-90% sebelum dipasarkan.
2.   Sortasi dan penggolongan
1)   Sortasi
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Kemudian daun-daun kering atau terserang hama dibersihkan dan daun-daun tua pada pangkal tangkai dibuang.
2)   Penggolongan
Penggolongan bunga didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria penggolongan bunga krisan potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat, dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu: kelas I untuk konsumen dihotel dan flories besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 5 mm. kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, flories menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
Dalam menentukan grade, hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.    Panjang tangkai
2.    Diameter batang bunga
3.    Diameter bunga saat dipanen
4.    Kemekaran bunga saat dipanen
5.    Jumlah bunga mekar dalam batang
6.    Kesegaran bunga
7.    Keadaan tangkai bunga
8.    Keseragaman kultivar
9.    Keadaan daun 1/3 bagian
10.  Keadaan daun 2/3 bagian
11.  Hama dan penyakit
12.  Kelenturan
13.  Jumlah dalam kemasan
14.  Bentuk rangkaian dalam kemasan
15.  Pembungkus
16.  Pengikat
17.  Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai berikut, (Soekarwati, 1999):
1.      Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup), segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar (sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner, white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2.      Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II.  Pada saat panen, bunga langsung dilakukan pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya. Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10 tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air. Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2. Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga setelah panen adalah:
1.      Tingkat pecahnya benang sari:
0 = Belum pecah
1 = Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2 = Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3 = Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4 = Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2.      Tingkat perubahan warna bunga:
0 = Sesuai deskripsi varietas
1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3.      Kondisi bunga:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
4.      Tingkat perubahan warna daun:
0 = Hijau
1 = Menguning 0 - 25 %
2 = Menguning 25 - 50 %
3 = Menguning 50 - 75 %
4 = Menguning > 75 %
5.      Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
3.3 Penanganan pada Pengemasan
Pengemasan bunga krisan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain menggunakan kardus, keranjang plastik atau kantong plastik bisa juga dengan menggunakan ember. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu 70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
Alat angkut yang digunakan bergantung pada jarak kebun dengan packinghouse, fasilitas yang ada, dan kondisi topografi kebun. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa ember plastik digunakan untuk wadah bunga krisan potong dan diangkut dengan tenaga manusia bila bangsal pengemasan berada di lokasi kebun. Setelah dikemas, bunga potong siap untuk dikirim/dipasarkan. Pengemasan paling sederhana yang bisa dilakukan dalam pengemasan bunga potong adalah membungkus bunga dengan kertas koran. Koran sebagai pengemas bunga potong pertama kali diperkenalkan oleh Ketsa dan Dadaung untuk mengemas bunga mawar (Widyawan dan Prahastuti, 1994). Bunga yang dikemas koran kemudian dikemas lagi dalam kotak berombak lalu dibungkus dengan kantong tak berlubang dan dibiarkan kering pada kelembaban relatif 80%. Kondisi ini dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 12 hari. Scacht dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) menciptakan sistem kemas berupa kotak bunga unik yang bisa berfungsi untuk menyimpan, mengirim dan juga dapat digunakan sebagai jambangan. Kotak unik ini dilengkapi dengan penahan tutup yang mudah diatur. Panjang pendeknya kotak dapat disesuaikan dengan panjang tangkai bunga, yang diatur dengan pita yang dapat disesuakan ukurannya. Toltman (1987) merancang kemasan bunga potong untuk pengiriman yang sekaligus dapat berfungsi sebagai buket.
Pengemas bunga sebaiknya dilengkapi dengan bakterisida yang dilengkapi dengan kapas yang dibasahi dengan larutan pengawet., kemudian dimasukkan dimasukkan dalam telescopic box (kotak tembus pandang) agar warna dan keindahan bunga dapat dilihat dengan mudah. Dalam kotak kemas bisa juga diberikan purrafil pack, yang mengandung larutan KMnO4 sebagai penyerap etilen. Teknologi pengemasan tersebut di atas memang relatif sulit dilakukan di tingkat petani tradisional yang memiliki modal rendah. Tirtosoekotjo dan Murtiningsih (1992) mengungkapkan bahwa pengepakan di tingkat petani dapat dilakukan dengan menggunakan keranjang bambu yang permukaanya dilapisi dengan lembaran plastik serta memberi kapas basah pada potongan tangkai untuk mempertahankan kelembaban bunga. Pengepakan dengan model tersebut dapat menurunkan tingkat kerusakan bunga potong tanpa banyak menambah biaya.


BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Krisan merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chysanthemum berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen the east.Tahapan akhir dari budidaya bunga potong Krisan adalah pemanenan, dimana pada tahap ini tingkat kematangan produk yang akan dihasilkan telah optimum. Panen dapat dilakukan pada umur tanaman 90-100 hari sesudah tanam. Bunga siap dipanen setelah petal bunga membuka 75-100% (sesuai dengan permintaan konsumen). Hasil panen dilapangan, diusahakan agar secepatnya diletakan pada tempat yang teduh dengan wadah tampung yang baik, sesuai produk yang dihasilkan, seperti menggunakan ember yang berisi air, keranjang plastik atau kain terpal yang dapat dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapang. Bunga potong krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial yang dapat diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang  disebabkan  karena layu,  patah  batang  atau  tangkai  bunga,  serta  lepasnya  kelopak bunga,  maka  diperlukan  perhatian  khusus  pada  penanganan pascapanennya  agar  produk  yang  dihasilkan  mempunyai  shelf-life (umur simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang. Penanganan  pascapanen  merupakan  suatu  kegiatan perlakuan  terhadap  bunga  setelah  panen  sampai  bunga  itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca panen  pada  krisan  dilakukan  untuk :    1) Memperkecil  respirasi,  2)  Memperkecil  transpirasi,  3)  Mencegah infeksi  atau  luka,  4)  Menjaga  performance,  5)  Meningkatkan  daya saing. Penanganan  pascapanen  yang  baik  dan  benar  pada  krisan sebagai  upaya  menuju  Standar  Nasional  Indonesia  (SNI),  sehingga  mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Dalam http://www.iptek.net.id/ind/warintek dan http://budidaya petani.blogspot.com/2013/02/budidaya-krisan-lengkap.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
BAPPENAS, 2008. Krisan. (On line). Dalam http://www.warintek.progession.or.id/. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
IPTEKNET, 2006. (On line). Dalam http://www.ipteknet.progession.or.id/. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
Rukmana, H.R. dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
Soekarwati. 1999. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI-PRESS. Jakarta. . Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
Widyawan, R. dan Prahastuti. 1994. Bunga Potong. Tinjaun Literatur. PDII. LIPI. Jakarta. . Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.