Sabtu, 13 Juni 2015

Prinsip Konservasi Tanah dan Air

2.1   Prinsip Konservasi Tanah
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang berlebihan.
Adapun prinsip-prinsip konservasi tanah, yaitu:
1. Prinsip Teknis
·      Tindakan konservasi harus cocok untuk kondisi biofisik setempat.
·      Kegiatan konservasi harus meningkatkan penutupan permukaan tanah, misalnya melalui penggunaan mulsa/seresah dan peningkatan kanopi (tajuk) tanaman untuk mengurangi pukulan butiran hujan pada permukaan tanah.
·      Mencegah terkonsentrasinya air aliran permukaan, khususnya di daerah dengan tanah yang peka erosi alur (riil erosion) dan erosi jurang (gully erosion).
·      Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan simpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di permukaan tanah melalui pembuatan sumur resapan, rorak atau embung penampung air.
·      Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya dalam bentuk mulsa atau secara tidak langsung misalnya dalam bentuk pupuk kandang dan kompos.
·      Perlu dilakukan usaha meningkatkan dan mempertahankan kandungan bahan organik di dalam tanah. Bahan organik penting untuk pengaturan peredaran air dan udara dalam tanah serta untuk memperbaiki struktur tanah.
·      Konservasi tanah harus diintegrasikan di dalam sistem budidaya tanaman yang ada serta kebiasaan yang ada pada petani.
·      Tindakan konservasi yang dilakukan bersama-sama dalam suatu hamparan akan lebih efektif dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan secara terpencar-pencar. Contohnya apabila pada suatu Daerah Tangkapan Air (DTA) teknik konservasi hanya dilakukan pada 10 % dari luas lahan, maka kontribusi dari 10 % DTA ini belum berpengaruh mengurangi sedimentasi dari DTA ke bagian hilirnya. Sehingga teknik konservasi tanah harus mencakup suatu hamparan, sehingga tidak terbatas pada lahan pertanian saja, namun juga mencakup konservasi saluran drainase, saluran pembuangan air (SPA), tebing jalan, tebing sungai dan lain-lain.

2.  Prinsip Ekonomis
·      Tindakan konservasi tanah harus cocok untuk keadaan sosial ekonomi setempat. Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberikan keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan.
·      Petani pemilik cenderung lebih cepat mengadopsi teknologi konservasi dibandingkan petani yang bukan pemilik lahan.
·      Kemungkinan petani perlu biaya kredit untuk melakukan konservasi tanah, terutama untuk kegiatan yang manfaatnya tidak dapat dinikmati langsung oleh petani. Jumlah kredit atau insentif yang diberikan perlu ditekan serendah mungkin karena semakin tinggi kredit dan insentif yang diberikan maka semakin tinggi pula ketergantungan petani terhadap bantuan.
·      Untuk petani miskin harus diintrodusikan (diperkenalkan) tindakan konservasi tanah yang murah dan mudah dilakukan.
·      Tindakan yang efektivitasnya sedang tetapi dapat diterima petani lebih baik dikembangkan daripada tindakan yang sangat efektif namun tidak diterima petani.
·      Petani yang sudah memahami dampak erosi terhadap lahannya biasanya akan lebih tertarik untuk melakukan tindakan konservasi tanah dari pada petani yang belum tahu atau tidak merasakan pengaruh dari erosi.
·      Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani bersama-sama dengan penyuluh yang bertindak sebagai fasilitator.

2.1.1  Tingkat Erosi
Erosi merupakan penyebab-penyebab utama dalam terjadinya kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan kuantitas serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan partikel-partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah (transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah terhanyutkan (deposition)
Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan. Besarnya erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu :
1. Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan),
2. Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah),
3. Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng),
4. Vegetasi penutup tanah, dan
5. Tingkat pengelolaan tanah
Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan, tetapi secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan, terutama hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan secara otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah, bahan mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah longsor dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya berat yang makin ditingkatkan oleh air.
Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menyumbat pori-pori tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah akan menurun dan mengakibatkan air mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut pertikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak mampu lagi mengangkut bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali dengan penghancuran agregat-agregat, pengangkutan, dan diakhiri dengan pengendapan. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, panjang dan kemiringan lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia.
 Dinyatakan dalam persamaan berikut :
                                 E = f (i . t . r . v . m)
Di mana :
E = Erosi
i = iklim
t = tanah
r = topografi
v = vegetasi
m = manusia

Faktor Alami Penyebab Erosi
Kondisi sumber daya lahan Indonesia cenderung mempercepat laju erosi tanah, terutama tiga faktor berikut: (1) curah hujan yang tinggi, baik kuantitasmaupun intensitasnya, (2) lereng yang curam, dan (3) tanah yang peka erosi,terutama terkait dengan genesa tanahData BMG (1994) menunjukkan bahwa sekitar 23,1% luas wilayahIndonesia memiliki curah hujan tahunan > 3.500 mm, sekitar 59,7% antara 2.000-3.500 mm, dan hanya 17,2% yang memiliki curah hujan tahunan < 2.000 mm. Dengan demikian, curah hujan merupakan faktor pendorongterjadinya erosi berat, dan mencakup areal yang luas. Lereng merupakanpenyebab erosi alami yang dominan di samping curah hujan. Sebagian besar (77%) lahan di Indonesia berlereng > 3% dengan topografi datar, agak berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Lahan datar (lereng <3%) hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia(Subagyo et al. 2000). Secara umum, lahan berlereng (> 3%) di setiap pulau di Indonesia lebih luas dari lahan datar (< 3%).
Erosi akibat pengaruh curah hujan dapat lebih tinggi di daerah semi-arid daripada di zona iklim lainnya. Hal ini sebagian karena curah hujan daerah semi-arid memiliki proporsi tinggi konvektif hujan badai dengan intensitas dan daya erosifnya yang tinggi. Hal ini juga karena vegetasi penutup tanah yang berfungsi sebagai pelindung, terutama pada awal musim hujan.

2.1.2   Konservasi Tanah dan Air
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
1.      Mencegah erosi.
2.     Memperbaiki tanah yang rusak.
3.     Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan.
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu metode vegetatif,  metode mekanik dan metode kimia.
Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha konservasi air bertujuan untuk:
1)      Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2)      Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar.
3)      Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).
Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air.
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu.
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada  sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi, tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air.
Selalu ada hubungan yang kuat antara langkah-langkah untuk konservasi tanah dan langkah-langkah untuk konservasi air, dan ini berlaku sama di daerah semi-arid. Banyak langkah-langkah yang diarahkan terutama untuk satu atau yang lain, tetapi sebagian besar mengandung unsur keduanya. Pengurangan permukaan run-off oleh struktur atau oleh perubahan dalam pengelolaan lahan juga akan membantu mengurangi erosi. Demikian pula, mengurangi erosi biasanya akan melibatkan pencegahan erosi percikan dan pembentukan kerak atau kerusakan struktur yang semuanya akan meningkatkan infiltrasi sehingga akan membantu konservasi air.

2.1.3   Program Terpadu
Pendekatan oleh konservasionis tanah pada tahun 1980 bergerak menjauh dari menggunakan pekerjaan mekanikal dan struktur dalam program konservasi tanah dibayar oleh pemerintah atau proyek yang didanai investor. Contohnya adalah meningkatnya kesadaran ketidakefektifan program terasering saja. Selain itu, kita sedang bergerak ke arah pandangan bahwa satu-satunya program yang efektif adalah mereka yang mendapat dukungan penuh dari rakyat. Petani subsisten tidak mampu untuk menanggapi banding filosofis atau emosional untuk merawat tanah, dan ini berarti bahwa tindakan konservasi harus memberi hasil dan manfaat dalam jangka waktu yang pendek dan terlihat oleh petani. Bagi  petani subsisten mungkin akan sangat menghargai manfaat peningkatan hasil per satuan lahan, atau mungkin lebih baik produksi per unit tenaga kerja, atau mungkin meningkatkan reliability hasil.
Ide bekerja sama dalam kelompok pada tugas-tugas yang membutuhkan tenaga kerja besar banyak diterapkan di beberapa negara, terutama untuk proses penanaman atau panen. Praktek ini dapat berhasil bila diperpanjang untuk karya konservasi. Keunggulannya yang akan diperoleh dari ide ini, antara lain:
·         Sebuah desa dengan kelompok tani dapat menangani pekerjaan yang terlalu besar bagi seorang individu atau keluarga;
·         timbulnya rasa kepedulian masyarakat terhadap tanah
·         Kelompok kerja adalah forum yang baik bagi para penyuluh untuk mendorong meningkatkan metode pertanian (Plat 4.3).

2.1.4   Persyaratan Desain
Jika kita menerima argumen bahwa konservasi tanah harus memerlukan biaya/modal agar efektif untuk dapat diterima oleh petani, maka nilai produksi yang rendah dari tanah semi-arid berarti bahwa hanya ada solusi yang sederhana dengan biaya/ modal yang murah. Pada tanah yang subur dengan curah hujan yang baik mungkin masuk akal untuk menginvestasikan banyak tenaga kerja atau uang dalam skema canggih untuk mengendalikan run-off, tapi tidak demikian di daerah semi-arid dengan hasil yang rendah dan tidak dapat diandalkan.
Oleh karena itu, upaya untuk menghilangkan erosi tanah benar-benar mungkin tidak realistis dan bahwa beberapa tingkat erosi mungkin harus diterima dan juga beberapa risiko dari tindakan konservasi tanah yang gagal. Contoh dari pendekatan realistis untuk risiko kegagalan adalah bendungan banjir pengalihan dibangun di Republik Demokratik Rakyat Yaman untuk skema irigasi serentetan. Setiap akhir pengalihan yang dibangun dari batu atau beton saat ini dengan bagian pusat bumi sederhana. Hal ini diterima bahwa bagian bumi akan dihancurkan oleh banjir besar tapi murah untuk memperbaiki atau mengganti (Thomas 1982). Untuk meng-upgrade desain dan konstruksi sehingga mereka bisa menahan banjir 25 tahun akan meningkatkan upaya pembangunan di luar dimana petani juga dapat menyediakan. Pendekatan yang sama ini harus diterapkan untuk semua program konservasi mekanik di daerah semi- arid.
2.1.5   Teknologi Relevan
Banyak program konservasi telah gagal karena teknologi yang kurang tepat penggunaannya atau dengan kata lain disalahgunakan, atau karena mereka tidak memperhitungkan situasi sosial dan tidak melibatkan rakyat. Rekor konservasi tanah di utara Afrika mencolok. Heusch (1985) menyimpulkan bahwa program konservasi besar di Aljazair, Maroko dan Tunisia, 1950-1975, didasarkan pada teknologi yang tidak pantas diimpor dari kondisi yang sama sekali berbeda dari Amerika Serikat dan seluruh upaya adalah kesalahan yang tidak harus diulang. Kritik serupa telah ditujukan pada proyek GERES di Burkina Faso.
Pada dasarnya usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumber daya tanah dan air.
Untuk mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan, maka dalam memilih teknologi  konservasi tanah dan air untuk diterapkan oleh petani di lahan pertaniannya, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu teknologinya harus sesuai untuk petani, dapat diterima dan dikembangkan sesuai sumber daya (pengetahuan) lokal.  Kegagalan penerapan teknologi konservasi tanah selama ini karena pembuat kebijakan bertindak hanya berdasarkan pikiran sendiri tanpa memahami keinginan ataupun kemampuan petani.  Dengan kata lain, dalam pembangunan pertanian berkelanjutan perlu ada bottom up planning.  Pemilihan teknologi dengan melibatkan pendapat petani adalah salah satu cara untuk mencapai pertanian berkelanjutan.

2.2         Metode Konservasi Secara Biologi
2.2.1    Konservasi Pengolahan/Budidaya
Metode ini mencakup pengurangan pengolahan tanah, persiapan lahan yang minimum, persiapan mulsa pada lahan, pertanian tunggul mulsa, pertanian sampah, pertanaman strip, tanaman pagar, dan lain-lain. Di negara-negara dengan program konservasi tanah maju, terutama Amerika Serikat dan Australia, konsep konservasi tanah adalah tema utama dari rekomendasi untuk lahan pertanian dan juga diterima dengan cepat di daerah lain, misalnya Brazil selatan. Aplikasi ini terutama dalam mekanik pertanian yang memiliki produksi tinggi dengan curah hujan yang baik atau untuk mengontrol erosi angin dimana terdapat produksi sereal yang dimekanisasi dalam skala besar. Hal ini kurang berlaku untuk produksi tanaman dengan tingkat produksi yang  rendah ataupun pertanian subsistem.
Prinsip-prinsip metode ini sama efektifnya dalam kondisi apapun, yakni untuk memaksimalkan penutup dengan mengembalikan sisa tanaman dan tidak membalik tanah atas dan dengan menggunakan kepadatan tanaman tinggi agar tanaman kuat. Konservasi tanah juga memiliki keuntungan mengurangi kebutuhan untuk teras atau struktur yang permanen lainnya. Namun ada beberapa kelemahan yang menghambat penerapan konservasi tanah pada daerah semi-arid, yaitu :
·      Mencakup tanaman padat mungkin tidak kompatibel dengan strategi diuji dengan baik menggunakan populasi tanaman rendah sesuai dengan ketersediaan air yang rendah ;
·      Sisa tanaman mungkin nilai sebagai pakan ternak ;
·      Penanaman pada lahan dengan mulsa di permukaannya tidak mudah bagi pekebun sapi yang ditarik.
Konservasi dengan metode ini merupakan penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006). Kanopi berfungsi menahan laju butiran air hujan dan mengurangi tenaga kinetik butiran air dan pelepasan partikel tanah sehingga pukulan butiran air dapat dikurangi. Batang tanaman juga menjadi penahan erosi air hujan dengan cara merembeskan aliran air dari tajuk melewati batang (stemflow) menuju permukaan tanah sehingga energi kinetiknya jauh berkurang. Batang juga berfungsi memecah dan menahan laju aliran permukaan. Keberadaan perakaran tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan, memantapkan agregasi tanah sehingga lebih mendukung pertumbuhan tanaman dan mencegah erosi sehingga tanah tidak mudah hanyut akibat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air.
Beberapa teknik konservasi tanah melalui metode ini antara lain seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentuknya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
                    

Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dan lain-lain. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.
                        

Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
                      
Pada gambar diatas dapat dilihat metode yang digunakan adalah Mulsa. Mulsa plastik berbentuk tenda untuk tanaman tahunan pada tanaman pohon- pohonan mulsa plastik dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.
Pertanaman strip (strip cropping) adalah sistem pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung dalam satu strip searah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 m tergantung kemiringan lahan, di lereng bawahnya ditanam kacang tanah dengan sistem sama dengan penanaman jagung, strip rumput atau tanaman penutup tanah yang lain.
Semakin curam lereng, maka strip yang dibuat akan semakin sempit sehingga jenis tanaman yang berselang-seling tampak lebih rapat. Sistem ini sangat efektif dalam mengurangi erosi hingga 70-75%(FAO, 1976) dan vegetasi yang ditanam (dari jenis legum) akanmampu memperbaiki sifat tanah walaupun terjadi pengurangan luasareal tanaman utama sekitar 30-50%.
Sistem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air, dan lain-lain. Penanaman menurut strip merupakan usaha pengaturan tanaman sehingga tidak memerlukan modal yang besar.

2.2.2        Pengaturan Kedalaman
Salah satu penyebab rendahnya produksi hasil pertanian di daerah semi-arid adalah terbatasnya jumlah air yang tersedia bagi akar tanaman. Uap air yang ada akan meningkat jika kedalaman perakaran meningkat dan telah terbukti dalam beberapa kasus, pengolahan berupa pengaturan kedalaman ini dapat membantu, misalnya pada tanah berpasir padat (luvisols) di Botswana (Willcocks 1984). Meninjau banyaknya studi tentang percobaan pengaturan kedalaman pada persiapan lahan pada Alfisols, El-Swaify menemukan hasil bervariasi; pengolahan mendalam bermanfaat bagi beberapa tanaman tapi tidak semua, dan pada beberapa tanah tetapi tidak semua. Juga pengolahan yang mendalam memerlukan rancangan daya yang lebih besar yang biasanya dalam pasokan pendek di daerah semi-arid.
Pemecahan atau subsoiling dapat bermanfaat, baik untuk meningkatkan porositas tanah atau untuk memecahkan pan yang mengurangi permeabilitas. Penempatan pupuk pada kedalamn tertentu juga dapat digunakan untuk mendorong lebih banyak perakaran pada kedalaman, tapi sekali lagi penerapan teknik ini akan sulit untuk pertanian subsisten.
Tanaman pagar adalah sistem pertanaman yang memanfaatkan tanaman sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Manfaat tanaman pagar antara lain adalah melindungi lahan dari bahaya erosi baik erosi air maupun angin. Tanaman pagar sebaiknya tanaman yang mempunyai akar dalam dan kuat, menghasilkan nilai tambah bagi petani baik dari hijauan, buah maupun dari kayu bakarnya.
Untuk tanaman pagar dapat dipilih jenis pohon yang berfungsi sebagai sumber pakan ternak, jenis tanaman yang dapat menghasilkan kayu bakar atau jenis-jenis lain yang memiliki manfaat ganda. Tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan jarak yang rapat (< 10 cm). Karena tinggi tanaman bisa mencapai 1,5 – 2 m maka pemangkasan sebaiknya dilakukan 1-2 kali setahun (Agus et al., 1999).

2.2.3        Konservasi Pertanian
Seperti konservasi tanah, metodel ini mencakup banyak teknik pertanian yang berbeda, termasuk praktek pertanian untuk peningkatan produksi atau keunggulan atau untuk mengurangi input tenaga kerja maupun pupuk, atau apapun mengarah pada perbaikan pengelolaan lahan yang telah kita definisikan sebagai dasar konservasi tanah yang baik.
Kadang-kadang terdapat sejarah panjang praktik konservasi pertanian dan tanah tradisional yang telah diuji dan dikembangkan selama periode waktu yang cukup lama untuk memasukkan semua variasi kemungkinan iklim. Praktek-praktek tradisional ini harus memberikan hasil yang terbaik namun dalam jangka waktu panjang, mengingat bahwa penafsiran petani dari 'terbaik' mungkin didasarkan pada keungulan dari hasil pertanian yang maksimal. Namun daerah semi-arid berubah dengan cepat dan pola-pola tradisional mungkin tidak relevan lagi. Jones (1985) mengatakan "saat tradisi dapat menggabungkan kebijaksanaan berabad-abad dengan pengalaman praktis, mungkin juga tidak pantas di mana tekanan demografis baru-baru ini memiliki perubahan yang sudah cenderung dipaksakan, misalnya ditinggalkannya fallowing semak atau migrasi ke berbagai jenis tanah atau ke daerah yang kebih kering. Anda tidak dapat meminta petani untuk mengadopsi praktek-praktek baru yang hanya 50%  keberhasilannya". Teknik-teknik baru yang mungkin harus memiliki karakteristik dasar yang sama dengan praktek-praktek tradisional, harus mudah dimengerti, sederhana untuk diterapkan, memiliki input tenaga kerja maupun biaya yang rendah serta harus menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu tingkat pengembalian yang tinggi.
Beberapa teknik pada metode ini adalah sebagai berikut.
·      Pertanian pada Rade yang maju di India (Swaminathan 1982). Budidaya dan penanaman dilakukan pada gradien lembut, kadang-kadang bersama-sama dengan teras saluran graded. Hal ini mendorong infiltrasi tetapi memungkinkan Surplus run-off pada kecepatan rendah. Kadang-kadang ini dapat dikombinasikan dengan praktek sederhana untuk mendorong infiltrasi seperti mengembalikan sisa tanaman. Ini jarang menyediakan solusi lengkap karena masalah pembuangan permukaan run- off  yang terjadi.
·      Strip cropping yang paling berguna di lereng lembut, di mana hal itu dapat mengurangi erosi ke tingkat yang dapat diterima tanpa bank atau saluran air.
·      Rotasi yang lain praktek maju dan sederhana. Tujuannya mungkin untuk meningkatkan kesuburan dengan menggunakan kacang-kacangan atau untuk membantu pengendalian hama atau penyakit. Di bagian semi-arid Australia,  praktek yang sukses adalah untuk alternatif tanaman sereal dengan penyemaian hijauan legum dari regenerasi gratis tahunan seperti semanggi bawah tanah atau Medicago. Ujian mengadaptasi sistem ini di Tunisia dilaporkan oleh Doolette (1977) .
·      Fallowing maju dan sukses dalam beberapa keadaan tetapi tidak yang lain. Di tanah kering gandum dari Australia, suatu lahan kosong di musim panas digunakan untuk membangun kelembaban tanah sebelum menabur gandum musim dingin yang menerima curah hujan hanya pas-pasan. Praktek ini sangat berguna pada tanah liat yamg retak. Ada risiko erosi yang terjadi selama musim panas ketika intensitas tinggi oleh badai musim panas jatuh di lahan kosong (Walker 1982). Di Afrika Timur, menggunakan metode ini pada lahan miring memiliki risiko erosi yang tinggi (Pereira et al . 1958), tapi di lereng lembut di Botswana hasil yang baik dilaporkan oleh Whiteman (1975). Praktek ini tidak universal berhasil, sebagian karena petani subsistem mungkin gagal untuk menjaga lahan bebas dari gulma dan tidak mungkin untuk menarik curah hujan.
·      Pertanian campuran dan kayuan secara luas diterapkan melalui teknik tradisional. Kombinasi tanaman dengan waktu tanam yang berbeda dan panjang yang berbeda dari periode pertumbuhan menggunakan kebutuhan tenaga kerja pada penanaman dan pemanenan, dan juga memungkinkan perubahan rencana pada pertengahan musim sesuai dengan hujan di bagian awal musim (Swaminathan 1982). Keuntungan lain yang mungkin timbul dari penggunaan kacang-kacangan untuk meningkatkan jumlah nitrogen untuk tanaman sereal. Variasi pada tema tanam campuran, tumpang sari, dan estafet tanam sedang diselidiki dalam Sistem Pertanian Program di ICRISAT (1986) .
·      Permukaan mulsa memiliki keuntungan dari memberikan tutup pelindung pada saat penutup tanaman tidak praktis. Hal ini meningkatkan infiltrasi, dan mungkin juga menguntungkan karena mengurangi suhu tanah. Kemungkinan keuntungannya adalah:
o  Jumlah sisa tanaman yang dibutuhkan mungkin lebih daripada yang tersedia dari produksi tingkat rendah ;
o  Masalah hama, penyakit , atau nitrogen berkurang ;
o  Kurangnya alat yang bisa menanam atau mengebor melalui mulsa ;
o  Mulsa organik akan cepat teroksidasi pada suhu tinggi.
Keberhasilan penggunaan mulsa di barat selatan semi-arid dari Amerika Serikat dilaporkan oleh Stuart et al. (1985). Ujian dari bahan yang berbeda dan jumlah yang dilaporkan dari India (Yadav 1974) dan dari savana kering Ghana utara (Bonsu 1985) .

2.2.4        Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air
Pemilihan dan pengujian varietas tanaman, seleksi dan pemuliaan kultivar untuk kondisi semi-arid relatif baru namun menjanjikan (Oertli 1983). Namun, Jones (1985) menyatakan bahwa solusi ini akan menjadi tidak mudah dan sederhana karena syarat utama adalah kemampuan untuk bertahan hidup pada periode kekeringan dan mulai tumbuh lagi ketika kekeringan berakhir.
Ketidakpastian hasil tanaman mengurangi kesempatan bagi penggunaan pupuk dan pupuk mineral yang efektif. Ada kemungkinan keuntungan ekonomi untuk investasi kecil, misalnya "banyak tanah semi-arid memiliki kapasitas penyerapan fosfat yang rendah, yang berarti bahwa penambahan kecil yang cukup untuk memberikan respon tanaman besar dan biasanya akan memiliki beberapa efek residual selama beberapa tahun setelahnya. Hal ini baik untuk peningkatan yang berkelanjutan sedikit dalam produktivitas di daerah-daerah tanpa peningkatan fosfat" (Jones 1985). Ada juga bukti bahwa ketersediaan kalium dapat meningkatkan pemanfaatan air melalui efeknya pada tekanan turgor atau mekanisme regulasi stomata (Lindhauer, 1983). Irigasi suplementer dapat menjadi penting karena penyediaan jumlah kecil air pada saat-saat kritis dapat memiliki hasil yang baik, misalnya untuk memungkinkan awal tanam, irigasi penghematan air untuk persediaan tanaman saati periode kering, atau untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi yang larut pada tanaman.

2.3          Metode Konservasi Secara Mekanik
2.3.1  Prinsip
Metode Mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Metode mekanik dalam konservasi tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul, kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dan lain-lain.
Tidak ada praktek konservasi universal yang diterapkan di mana-mana. Perencanaan konservasi tanah adalah seperti memiliki susunan teknik dan praktek yang besar yang masing-masing ditetapkan saling terpisah. Tujuan perencanaan konservasi tanah adalah untuk membuat sebuah sistem dengan memilih satu set setiap item yang masing-masing terkait dengan kondisi dan yang dapat dikombinasikan menjadi sebuah sistem yang bisa diterapkan.
Melihat lebih banyaknya pilihan melakukan pekerjaan secara mekanikal, yang merupakan faktor utama dalam menentukan tujuan. Cara yang berbeda dengan pembuatan teras akan membantu memenuhi tujuan yang berbeda, yang diatur dalam Tabel 4.1.
Tujuan utamanya mungkin adalah:
·         Untuk mengubah kemiringan tanah (Tipe l, 2, dan 3);
·         Untuk mempengaruhi permukaan run-off (Tipe 4 sampai 7);
·         Untuk memungkinkan penggunaan pertanian lereng curam (Type 8).
Tabel 4.1  Pembuatan Teras Untuk Tujuan yang Berbeda
Tujuan
Jenis Teras

1.      Tingkat teras untuk irigasi 4.5
Manajemen Tanah
2.      Teras Bench yang dibangun dalam satu operasi pada Gambar 4.1, 4.6 dan 4.7

3.      Progressive lereng (Fanya juu) Gambar 2.4, 4.8 dan 4.9

4.      Absorb semua hujan ( murundum ) Lempeng Gambar 4.10
Manajemen Air
5.         Menyerap sebagian hujan yang melimpah secara darurat ( kontur bund ) Gambar 3.4 dan 4.11

6.         Pengontrol Run- off ( graded terraces channel ) Gambar 4.12

7.         Controlled Reduced- off run
·         ridging, Plate 4.13
·         tied ridging, Plate 4.14
Teras Pengelolaan Tanaman
8.         Teras Berselang, Gambar  4.4
·         Terasorchard, Plate 4.15
·         platforms
·         Parit Bukit, Plate 4.16

Di daerah yang umumnya memiliki curah hujan tinggi mengharuskan penggunaan saluran air tanah dan parit untuk keamanan sebab adanya aliran run-off yang tidak dapat dihindari. Di daerah semi-arid terdapat kemungkinan untuk memperlambat run-off untuk kecepatan non-scouring dan mendorong infiltrasi atau deposisi dari debu tanpa mengalihkan run-off . Hal ini memerlukan struktur sederhana yang murah dan sangat berbeda dari sistem klasik pengalihan saluran air, nilai saluran teras, saluran air dan pembuangan. Hal itu merupakan teknologi tinggi tata letak yang dirancang dengan hati-hati dari struktur, desain dan prosedur yang ditetapkan dalam Hudson (1981). Pendekatan ini tidak cocok untuk daerah semi-arid di mana diperlukan staf yang lebih terlatih. Teknik sederhana yang diperlukan yang dapat ditata oleh penyuluh desa, atau petani sendiri.
Negara-negara dalam edisi konservasi tanah berkembang besar adalah apakah hasilnya membenarkan biaya. Di daerah semi-arid ini, semakin kompleks dengan adanya alternatif yang terbatas. Sebuah penilaian ilmiah mengatakan mungkin beberapa lahan kritis yang bersifat merugikan lebih baik ditinggalkan. Alih Than Mencoba untuk memperbaiki anggapan yang demikian dengan karya-karya konservasi tanah mahal, tapi tidak lebih baik jika tanah yang tersedia untuk produksi makanan yang dibutuhkan, maka input tinggi buruh mungkin diterima sebagai satu-satunya pilihan yang tersedia.
Ada beberapa metode yang tepat untuk meletakkan garis kontur yang baik yang memiliki tingkat atau pada gradien yang telah ditentukan. Sebagai contoh telah secara luas dan berhasil digunakan di Afrika dan di Amerika Selatan sehingga memiliki tabung air. Di Kenya tingkat garis lebih disukai. Dan perangkat surat sederhana ini lain telah Kompartemen oleh Collett dan Boyd (1977). Dimana daerah yang luas landai tanah harus ditata, perangkat pendulum sederhana dapat dipasang pada traktor dan ini telah berhasil digunakan di Northern Territory of Australia (Fitzgerald , 1977). Apapun metode yang digunakan untuk lay out garis, itu adalah ide yang baik untuk membuat tanda permanen jika traktor atau sapi yang tersedia. Sementara spidol digunakan ketika menguraikan garis mudah hilang atau terganggu jika terdapat penundaan antara survei dan konstruksi. Juga jika saluran atau bank tanah yang akan dibuat dengan tangan, persyaratan kerja dapat dikurangi dengan merobek atau membajak dengan traktor atau hewan.

2.3.2   Pembuatan Teras
Dari beberapa jenis teras yang ditunjukkan pada Tabel 4.1, hanya sedikit yang memungkinkan untuk Memiliki aplikasi luas di daerah semi-arid. Tingkat teras mungkin lebih cocok di mana irigasi tersedia (Tipe 1) atau teras tingkat intermiten (Tipe 8) digunakan untuk run- off pertanian seperti dijelaskan dalam Bagian 5.2.3. Fanya juu teras (Tipe 3) menawarkan cara untuk mencapai tingkat teras dibatasi oleh masukan dari Partai Buruh selama periode waktu (Gambar 2.4). Bunds Contour mungkin berguna Karena tujuan ganda melestarikan tanah dan air (Gambar 3.4) dan Lempeng 4.11.
Juga mungkin terdapat keadaan dimana kombinasi tanah dangkal dengan kapasitas penyimpanan yang terbatas dan hujan lebat yang sering terjadi di permukaan run-off yang menyerukan sistem saluran teras, muncul pada wilayah tanpa penyimpanan (Tipe 6) atau dengan beberapa penyimpanan dan dirancang cukup lambat. Masalahnya adalah sistem tersebut kemungkinan menjadi mahal dalam kaitannya dengan produktivitas lahan, dan itu sulit untuk menjaga Grasso saluran air sebagai saluran pembuangan ketika curah hujan terbatas dan tidak dapat diandalkan.
Tingkat teras untuk pertanian lahan kering (Tipe 2) telah banyak digunakan di masa lalu, misalnya Ethiopia (Plat 4,17), Republik Arab Yaman, dan di negara-negara Maghreb Afrika Utara (Aljazair, Maroko, dan Tunisia). Namun sekarang teras-teras yang dibangun di masa lalu dan saat ini semakin tidak dipelihara atau ditinggalkan sebagai tidak ekonomis atau tidak terpelihara karena kekurangan Buruh. Salah satu contoh adalah pegunungan Harazim dari Republik Arab Yaman di distrik Manakhah (Lempeng 4.18). Sampai saat ini Harazim telah menjadi salah satu dari wilayah gunung yang tinggi di dunia dengan penduduk yang cukup padat, dengan hampir semua lereng bertingkat atau digunakan sebagai daerah pengumpulan air hujan. Terutama sejak akhir tahun 1970, sebagian besar kawasan ekosistem buatan manusia ini telah ditinggalkan.
Beberapa jenis teras yang digunakan dalam teknik mekanik konservasi tanah diantaranya adalah teras bangku atau teras tangga, teras individu dan teras kebun.
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak, meningkatkan laju infiltrasi tanah daan mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani.
Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
(1) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
(2) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
(3) Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.
(4) Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
(5) Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman tahunan (lihat gambar). Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah-buahan.
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan untuk :
1.   meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah,
2. memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya    untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

2.3.3   Pembuangan Air
Kita telah melihat bahwa dalam kondisi semi-kering jarang untuk mengalihkan permukaan run-off dari tanah garapan dan sebagian besar argumen yang sama berlaku untuk cut-off atau pengalihan saluran air dimasukkan ke dalam di tepi atas tanah yang subur untuk melindunginya dari permukaan run- off dari tanah yang lebih tinggi digarap. Mungkin ada keadaan khusus, dimana terdapat daerah sebagai tanah jenuh dangkal yang akan kurang rusak jika air turun dari atas. Kesulitan juga dapat membahayakan saluran juga mengalihkan run-off lambat selama badai yang mungkin telah berguna diserap oleh tanah yang subur.
Oleh karena itu, penggunaan Diversions akan terbatas pada kasus-kasus di mana terjadi banjir run-off yang tidak terkendali dalam saluran atau parit yang akan sia-sia kecuali sebagai akhiran diverticulitis itu adalah untuk beberapa tujuan yang berguna.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya erosi pada saat air melimpah, maka dapat dibuat rorak atau lubang penampung atau peresapan air.
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru.

2.3.4    Tindakan Biaya Rendah
Pembahasan terasering dan konservasi secara konvensional jelas menunjukkan penggunaan langkah-langkah yang sederhana dan mudah diterapkan. Hal ini saja hanya dapat mengurangi kerugian tanah sekitar setengah dari apa yang akan terjadi dengan budidaya naik dan turun lereng. Kita telah melihat bahwa meskipun curah hujan di daerah semi-arid kurang total, namun masih dapat memicu badai yang sangat merusak sehingga biasanya akan bermanfaat untuk memiliki beberapa bentuk struktur yang akan memperlambat permukaan run-off, mendorong pengendapan material ditangguhkan dan mengurangi konsentrasi permukaan run- off pada cekungan kecil.
Struktur pada kontur lebih sederhana dan lebih murah daripada teras saluran bertingkat tiga. Mereka harus lebih atau kurang Jadilah pada kontur tingkat, namun kesalahan kecil yang tidak penting seperti dalam kasus saluran teras. Selanjutnya, oleh karena air harus dihimpun dari tanah, maka jarak antara teras harus dihitung, karena setiap teras memiliki saluran untuk menangani air dari daerah tertentu. Tidak ada gunanya menggunakan rumus desain ketika struktur yang baik memiliki kontur pada tingkat atau tidak dimaksudkan untuk debit run- off. Jika objek struktur pada kontur adalah untuk menyimpan total run-off mereka kemudian harus dirancang untuk tujuan tersebut, seperti dalam kasus dengan Fanya juu teras di Kenya (Thomas et al . , 1980), atau Muru Dums di Brasil, dibahas dalam Bagian 4.3.2. Jika struktur disemprotkan mampu atau dapat terlewati Aman di Heavy Rain, maka jarak antara terasa tidak material. Kemudian, karena tidak ada yang mencoba untuk memimpin sepanjang struktur air, tidak ada masalah mencoba untuk menangani debit pada saluran air atau saluran air. Namun, perawatan diperlukan untuk menghindari bahaya satu tingkat kontur limpasan Bank dan menyebabkan kegagalan progresif dari semua bank yang lebih rendah, dengan risiko yang bermula dari selokan. Plat 4.19 tersebut menunjukkan kasus di Tanzania.
Istilah umum untuk struktur sederhana pada kontur, tujuannya  dapat didefenisikan dengan benar oleh garis stop-wash. Bentuk garis tersebut akan tergantung pada apa bahan yang tersedia. Pada tanah berbatu, dengan menggunakan batu-batu untuk membangun jalur batuan dengan tujuan ganda membersihkan lapangan serta membangun garis stop-wash. Dimana batu tidak tersedia, garis dapat dibentuk dengan menumpuk sisa tanaman, mungkin dengan beberapa sekop tanah dan kemudian semakin dibangun dengan menambahkan Hoeing gulma dari tangan. Contoh ditunjukkan di pelat 4.20 dari Ethiopia. Tidak ada desain yang diperlukan, tetapi prinsip umum yang merugikan tidak ada gunanya membangun struktur besar atau tinggi, jika dibangun dari batu, terutama karena mereka akan sangat permeabel dan secara umum jumlah yang lebih besar dari hambatan kecil akan lebih efektif daripada sejumlah kecil struktur besar.
Strip rumput juga dapat digunakan sebagai garis stop-wash, dan ini adalah dasar dari Program Konservasi Nasional di Swaziland. Pada tahun 1940 pada sebuah dekrit kerajaan, strip rumput adat ditinggalkan pada semua tanah dibajak, 2 m lebar pada interval vertikal 2 m. Aturan itu ketat ditegakkan dan hampir semua lahan pertanian memiliki strip rumput hingga hari ini seperti yang ditunjukkan pada pelat 4.21. Di Kenya pagar hidup kadang-kadang ditanam untuk tujuan yang sama, sering sisal, Euphorbia atau tahan kekeringan spesies lain (Foto 4,23 dan 4,24). Di daerah dengan curah hujan tinggi yang padat ditanami rumput dapat dipotong untuk pakan ternak dan menyebabkan efek terasering (Gambar 4.25).
Ketika garis stop-wash yang dimaksudkan untuk mengalihkan air dari saluran kecil kurang tepat untuk Mengurangi permeabilitas pada saat ini. Hal ini dilakukan dengan menggunakan prinsip sebaliknya yaitu filter. Struktur utama terdiri dari batu-batu besar, kemudian hulu pada batu sisi yang lebih kecil yang dikemas, tapi cukup besar sehingga idak bisa dicuci melalui celah-celah di batu-batu besar. Hulu dari batu-batu kecil juga ditambahkan lapisan kerikil. Air masih akan mengalir melalui struktur, namun perlahan-lahan , dan akan membangun di depresi dan mengalir keluar pada sisi lain akhirnya menemukan jalan melalui penghalang batu dan melanjutkan jalurnya menuruni lereng. Prinsip yang sama dapat digunakan pada skala yang lebih besar untuk struktur kontrol selokan.
Beberapa aplikasi dari garis batu memiliki tujuan utama dari pemanenan air daripada konservasi tanah. Limpasan dari tanah di lereng tak bervegetasi berjalan turun ke lahan pertanian, dan disebarkan oleh penyemprotan garis batu yang akan bergabung dengan run-off pada lahan pertanian yang dimulai. Hal ini menyebabkan objek yang ada tidak akan menguras pengalihan di tepi atas dari lahan pertanian, dan garis-garis batu tidak harus menggunakan reverse filter. Dimana tujuannya adalah untuk menjebak dan menahan sedimen di balik pematang batu dan mengurangi untuk lereng dengan mengembangkan teras. Efek filter adalah kebalikan dari diinginkan sepanjang seluruh panjang guludan jika batu dengan ukuran yang berbeda yang tersedia. Ini menunjukkan prinsip kerugian itu selalu penting untuk menjadi cukup jelas dalam pencapaian tujuan. Bahkan perangkat sederhana seperti garis-garis batu dapat dibangun untuk membantu agar mereka tetap permeable.

Ada banyak contoh yang tidak pantas dan tidak berhasil dengan upaya penggunaan teras saluran i dalam kondisi semi-arid (Heusch 1985, Roose dan Piot 1984). Ada juga sejumlah contoh dari keberhasilan penggunaan struktur yang sederhana. Contohnya adalah dataran tinggi Mossi di Burkina Faso di mana solusi yang dianjurkan adalah membangun sering hambatan rendah (tinggi 20-40 cm) pada 10-25 m jarak, dari struktur dasar yang dibangun dari blok laterit dan distabilkan dengan rumput (Roose dan Piot 1984). Proyek lain di Burkina Faso batu yang digunakan baris yang sama seperti yang diilustrasikan pada pelat 4.26 dan dijelaskan oleh Wright ( 1984 ), dan pendekatan yang sama digunakan dengan sukses di Mali (Hallam et al , 1985 ; . Hallam dan Roose 1985). Plate 4.27 menunjukkan pengaruh kelembaban pada vegetasi dekat garis batu sederhana. Plate 4.28 menunjukkan aplikasi lain di selatan-timur semi-arid Kenya  pada jalur ternak terkikis dan Plat 4.29 penghalang batu sederhana di cuci secara sederhana di Mali .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar