2.1 Prinsip Konservasi
Tanah
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi
tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi
akibat penggunaan yang berlebihan.
Adapun prinsip-prinsip konservasi tanah, yaitu:
1. Prinsip Teknis
·
Tindakan konservasi harus
cocok untuk kondisi biofisik setempat.
·
Kegiatan konservasi harus
meningkatkan penutupan permukaan tanah, misalnya melalui penggunaan
mulsa/seresah dan peningkatan kanopi (tajuk) tanaman untuk mengurangi pukulan
butiran hujan pada permukaan tanah.
·
Mencegah terkonsentrasinya
air aliran permukaan, khususnya di daerah dengan tanah yang peka erosi alur
(riil erosion) dan erosi jurang (gully erosion).
·
Untuk daerah beriklim
kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan simpanan air tanah melalui
peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di permukaan tanah melalui
pembuatan sumur resapan, rorak atau embung penampung air.
·
Sisa tanaman perlu
dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya dalam bentuk
mulsa atau secara tidak langsung misalnya dalam bentuk pupuk kandang dan
kompos.
·
Perlu dilakukan usaha
meningkatkan dan mempertahankan kandungan bahan organik di dalam tanah. Bahan
organik penting untuk pengaturan peredaran air dan udara dalam tanah serta
untuk memperbaiki struktur tanah.
·
Konservasi tanah harus
diintegrasikan di dalam sistem budidaya tanaman yang ada serta kebiasaan yang
ada pada petani.
·
Tindakan konservasi yang
dilakukan bersama-sama dalam suatu hamparan akan lebih efektif dibandingkan
dengan tindakan yang dilakukan secara terpencar-pencar. Contohnya apabila pada
suatu Daerah Tangkapan Air (DTA) teknik konservasi hanya dilakukan pada 10 %
dari luas lahan, maka kontribusi dari 10 % DTA ini belum berpengaruh mengurangi
sedimentasi dari DTA ke bagian hilirnya. Sehingga teknik konservasi tanah harus
mencakup suatu hamparan, sehingga tidak terbatas pada lahan pertanian saja,
namun juga mencakup konservasi saluran drainase, saluran pembuangan air (SPA),
tebing jalan, tebing sungai dan lain-lain.
2. Prinsip Ekonomis
·
Tindakan konservasi tanah
harus cocok untuk keadaan sosial ekonomi setempat. Tindakan konservasi yang
mudah diterima petani adalah tindakan yang memberikan keuntungan jangka pendek
dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan.
·
Petani pemilik cenderung
lebih cepat mengadopsi teknologi konservasi dibandingkan petani yang bukan
pemilik lahan.
·
Kemungkinan petani perlu
biaya kredit untuk melakukan konservasi tanah, terutama untuk kegiatan yang
manfaatnya tidak dapat dinikmati langsung oleh petani. Jumlah kredit atau
insentif yang diberikan perlu ditekan serendah mungkin karena semakin tinggi
kredit dan insentif yang diberikan maka semakin tinggi pula ketergantungan
petani terhadap bantuan.
·
Untuk petani miskin harus
diintrodusikan (diperkenalkan) tindakan konservasi tanah yang murah dan mudah
dilakukan.
·
Tindakan yang
efektivitasnya sedang tetapi dapat diterima petani lebih baik dikembangkan
daripada tindakan yang sangat efektif namun tidak diterima petani.
·
Petani yang sudah memahami
dampak erosi terhadap lahannya biasanya akan lebih tertarik untuk melakukan
tindakan konservasi tanah dari pada petani yang belum tahu atau tidak merasakan
pengaruh dari erosi.
·
Kegiatan konservasi yang
akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani bersama-sama dengan penyuluh
yang bertindak sebagai fasilitator.
2.1.1 Tingkat Erosi
Erosi merupakan penyebab-penyebab utama dalam terjadinya
kemerosotan produktivitas tanah-tanah pertanian, dan kemerosotan kuantitas
serta kualitas air. Erosi itu sendiri meliputi proses: pelepasan
partikel-partikel tanah (detachment), penghanyutan partikel-partikel tanah
(transportation), dan pengendapan partikel-partikel tanah yang telah
terhanyutkan (deposition)
Erosi merupakan salah satu penyebab utama degradasi lahan.
Besarnya erosi pada suatu lahan ditentukan oleh lima faktor yaitu :
1.
Jumlah dan intensitas hujan (erosivitas hujan),
2.
Kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah),
3.
Bentuk lahan (kemiringan dan panjang lereng),
4.
Vegetasi penutup tanah, dan
5.
Tingkat pengelolaan tanah
Erosi tanah bukan saja disebabkan oleh penduduk sekitar hutan,
tetapi secara menyeluruh penyebab erosi tanah adalah meningkatnya kebutuhan
manusia akan sumber daya alam (kayu bakar) yang tersedia makin tertekan,
terutama hutan, sehingga menyebabkan tingkat erosi tanah makin tinggi dan
secara otomatis diikuti kehilangan air. Erosi merupakan proses dimana tanah,
bahan mineral dilepaskan dan diangkut oleh air, angin atau gaya berat. Tanah
longsor dan batu-batuan berjatuhan (mass wastage) merupakan akibat dari gaya
berat yang makin ditingkatkan oleh air.
Proses erosi bermula dengan terjadinya penghancuran
agregat-agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi
lebih besar daripada daya tahan tanah. Hancuran dari tanah ini akan menyumbat
pori-pori tanah, maka kapasitas infiltrasi tanah akan menurun dan mengakibatkan
air mengalir di permukaan tanah dan disebut sebagai limpasan. Limpasan
permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut pertikel-partikel
tanah yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga limpasan permukaan sudah
tidak mampu lagi mengangkut bahan-bahan ini akan diendapkan. Dengan demikian
ada tiga proses yang bekerja secara berurutan dalam proses erosi, yaitu diawali
dengan penghancuran agregat-agregat, pengangkutan, dan diakhiri dengan
pengendapan. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh iklim, sifat tanah, panjang
dan kemiringan lereng, adanya penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas
manusia.
Dinyatakan dalam
persamaan berikut :
E = f (i .
t . r . v . m)
Di
mana :
E
= Erosi
i
= iklim
t
= tanah
r
= topografi
v
= vegetasi
m
= manusia
Faktor Alami Penyebab Erosi
Kondisi sumber daya lahan Indonesia cenderung mempercepat laju
erosi tanah, terutama tiga faktor berikut: (1) curah hujan yang tinggi, baik
kuantitasmaupun intensitasnya, (2) lereng yang curam, dan (3) tanah yang peka
erosi,terutama terkait dengan genesa tanahData BMG (1994) menunjukkan bahwa
sekitar 23,1% luas wilayahIndonesia memiliki curah hujan tahunan > 3.500 mm,
sekitar 59,7% antara 2.000-3.500 mm, dan hanya 17,2% yang memiliki curah hujan
tahunan < 2.000 mm. Dengan demikian, curah hujan merupakan faktor
pendorongterjadinya erosi berat, dan mencakup areal yang luas. Lereng
merupakanpenyebab erosi alami yang dominan di samping curah hujan. Sebagian
besar (77%) lahan di Indonesia berlereng > 3% dengan topografi datar, agak
berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Lahan datar (lereng <3%)
hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia(Subagyo et
al. 2000). Secara umum, lahan berlereng (> 3%) di setiap pulau di Indonesia
lebih luas dari lahan datar (< 3%).
Erosi akibat pengaruh curah hujan dapat lebih tinggi di daerah
semi-arid daripada di zona iklim lainnya. Hal ini sebagian karena curah hujan
daerah semi-arid memiliki proporsi tinggi konvektif hujan badai dengan
intensitas dan daya erosifnya yang tinggi. Hal ini juga karena vegetasi penutup
tanah yang berfungsi sebagai pelindung, terutama pada awal musim hujan.
2.1.2 Konservasi Tanah
dan Air
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang
sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah
adalah permukaan lahan yang kontiniu menutupi kerak bumi kecuali di
tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi.
Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami
pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari
penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan
akar tanaman. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
1.
Mencegah
erosi.
2. Memperbaiki
tanah yang rusak.
3. Memelihara
serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan.
Metode
konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu metode
vegetatif, metode mekanik dan metode kimia.
Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang
disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode
teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah
penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan
mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta
tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha
konservasi air bertujuan untuk:
1)
Untuk
menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari
sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2)
Penghematan
energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah
mengonsumsi energi besar.
3)
Konservasi
habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu
mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan
migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan
infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).
Metode
pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi
merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase
sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air
lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang
atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga
tanah menjadi jenuh air.
Drainase
pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat terhambat
hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase
dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan
drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan
mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible)
dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah
gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan. Untuk mencapai kondisi
ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006).
Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk
mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25%
dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan
terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu.
Irigasi
bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air
kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air
irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2)
mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau
asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta
hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya
dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran.
Konservasi
tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang
tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.
Oleh karena itu konservasi, tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang
berhuibungan erat sekali; berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga
tindakan konservasi air.
Selalu
ada hubungan yang kuat antara langkah-langkah untuk konservasi tanah dan
langkah-langkah untuk konservasi air, dan ini berlaku sama di daerah semi-arid.
Banyak langkah-langkah yang diarahkan terutama untuk satu atau yang lain,
tetapi sebagian besar mengandung unsur keduanya. Pengurangan permukaan run-off
oleh struktur atau oleh perubahan dalam pengelolaan lahan juga akan membantu
mengurangi erosi. Demikian pula, mengurangi erosi biasanya akan melibatkan
pencegahan erosi percikan dan pembentukan kerak atau kerusakan struktur yang
semuanya akan meningkatkan infiltrasi sehingga akan membantu konservasi air.
2.1.3
Program Terpadu
Pendekatan oleh
konservasionis tanah pada tahun 1980 bergerak menjauh dari menggunakan
pekerjaan mekanikal dan struktur dalam program konservasi tanah dibayar oleh
pemerintah atau proyek yang didanai investor. Contohnya adalah meningkatnya kesadaran
ketidakefektifan program terasering saja. Selain itu, kita sedang bergerak ke arah pandangan bahwa
satu-satunya program yang efektif adalah mereka yang mendapat dukungan penuh
dari rakyat. Petani subsisten tidak mampu untuk menanggapi banding filosofis
atau emosional untuk merawat tanah, dan ini berarti bahwa tindakan konservasi
harus memberi
hasil dan manfaat dalam jangka waktu yang pendek dan terlihat oleh petani.
Bagi petani subsisten mungkin akan
sangat menghargai manfaat peningkatan hasil per satuan lahan, atau mungkin
lebih baik produksi per unit tenaga kerja, atau mungkin meningkatkan
reliability hasil.
Ide bekerja sama
dalam kelompok pada tugas-tugas yang membutuhkan tenaga kerja besar banyak
diterapkan di beberapa negara, terutama untuk proses penanaman atau panen.
Praktek ini dapat berhasil bila diperpanjang untuk karya konservasi.
Keunggulannya yang akan diperoleh dari ide ini, antara lain:
·
Sebuah
desa dengan kelompok tani dapat menangani pekerjaan yang terlalu besar bagi seorang
individu atau keluarga;
·
timbulnya
rasa kepedulian masyarakat terhadap tanah
·
Kelompok
kerja adalah forum yang baik bagi para penyuluh untuk mendorong meningkatkan
metode pertanian (Plat 4.3).
2.1.4 Persyaratan Desain
Jika kita menerima
argumen bahwa konservasi tanah harus memerlukan biaya/modal agar efektif untuk
dapat diterima oleh petani, maka nilai produksi yang rendah dari tanah
semi-arid berarti bahwa hanya ada solusi yang sederhana dengan biaya/ modal
yang murah. Pada tanah yang subur dengan curah hujan yang baik mungkin masuk
akal untuk menginvestasikan banyak tenaga kerja atau uang dalam skema canggih
untuk mengendalikan run-off, tapi tidak demikian di daerah semi-arid dengan
hasil yang rendah dan tidak dapat diandalkan.
Oleh karena itu, upaya untuk menghilangkan
erosi tanah benar-benar mungkin tidak realistis dan bahwa beberapa tingkat
erosi mungkin harus diterima dan juga beberapa risiko dari tindakan konservasi
tanah yang gagal. Contoh dari
pendekatan realistis untuk risiko kegagalan adalah bendungan banjir pengalihan
dibangun di Republik Demokratik Rakyat Yaman untuk skema irigasi serentetan.
Setiap akhir pengalihan yang dibangun dari batu atau beton saat ini dengan
bagian pusat bumi sederhana. Hal ini diterima bahwa bagian bumi akan dihancurkan
oleh banjir besar tapi murah untuk memperbaiki atau mengganti (Thomas 1982).
Untuk meng-upgrade desain dan konstruksi sehingga mereka bisa menahan banjir 25
tahun akan meningkatkan upaya pembangunan di luar dimana petani juga dapat
menyediakan. Pendekatan yang sama ini harus diterapkan untuk semua program
konservasi mekanik di daerah semi- arid.
2.1.5 Teknologi Relevan
Banyak program
konservasi telah gagal karena teknologi yang kurang tepat penggunaannya atau
dengan kata lain disalahgunakan, atau karena mereka tidak memperhitungkan
situasi sosial dan tidak melibatkan rakyat. Rekor konservasi tanah di utara
Afrika mencolok. Heusch (1985) menyimpulkan bahwa program konservasi besar di
Aljazair, Maroko dan Tunisia, 1950-1975, didasarkan pada teknologi yang tidak
pantas diimpor dari kondisi yang sama sekali berbeda dari Amerika Serikat dan
seluruh upaya adalah kesalahan yang tidak harus diulang. Kritik serupa telah
ditujukan pada proyek GERES di Burkina Faso.
Pada dasarnya
usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan
meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumber daya tanah dan air.
Untuk mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan,
maka dalam memilih teknologi konservasi tanah dan air untuk diterapkan
oleh petani di lahan pertaniannya, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu
teknologinya harus sesuai untuk petani, dapat diterima dan dikembangkan sesuai
sumber daya (pengetahuan) lokal. Kegagalan penerapan
teknologi konservasi tanah selama ini karena pembuat kebijakan bertindak hanya
berdasarkan pikiran sendiri tanpa memahami keinginan ataupun kemampuan
petani. Dengan kata lain, dalam pembangunan pertanian berkelanjutan perlu
ada bottom up planning. Pemilihan teknologi dengan melibatkan
pendapat petani adalah salah satu cara untuk mencapai pertanian berkelanjutan.
2.2
Metode
Konservasi Secara Biologi
2.2.1 Konservasi Pengolahan/Budidaya
Metode
ini mencakup pengurangan pengolahan tanah, persiapan lahan yang minimum,
persiapan mulsa pada lahan, pertanian tunggul mulsa, pertanian sampah,
pertanaman strip, tanaman pagar, dan lain-lain. Di negara-negara dengan program
konservasi tanah maju, terutama Amerika Serikat dan Australia, konsep
konservasi tanah adalah tema utama dari rekomendasi untuk lahan pertanian dan
juga diterima dengan cepat di daerah lain, misalnya Brazil selatan. Aplikasi
ini terutama dalam mekanik pertanian yang memiliki produksi tinggi dengan curah
hujan yang baik atau untuk mengontrol erosi angin dimana terdapat produksi
sereal yang dimekanisasi dalam skala besar. Hal ini kurang berlaku untuk
produksi tanaman dengan tingkat produksi yang
rendah ataupun pertanian subsistem.
Prinsip-prinsip
metode ini sama efektifnya dalam kondisi apapun, yakni untuk memaksimalkan
penutup dengan mengembalikan sisa tanaman dan tidak membalik tanah atas dan
dengan menggunakan kepadatan tanaman tinggi agar tanaman kuat. Konservasi tanah
juga memiliki keuntungan mengurangi kebutuhan untuk teras atau struktur yang
permanen lainnya. Namun ada beberapa kelemahan yang menghambat penerapan
konservasi tanah pada daerah semi-arid, yaitu :
·
Mencakup tanaman padat mungkin tidak
kompatibel dengan strategi diuji dengan baik menggunakan populasi tanaman
rendah sesuai dengan ketersediaan air yang rendah ;
·
Sisa tanaman mungkin nilai sebagai pakan
ternak ;
·
Penanaman pada lahan dengan mulsa di
permukaannya tidak mudah bagi pekebun sapi yang ditarik.
Konservasi
dengan metode ini merupakan penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau
sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi
jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah
(Arsyad, 2006). Kanopi berfungsi menahan laju butiran air hujan dan mengurangi
tenaga kinetik butiran air dan pelepasan partikel tanah sehingga pukulan
butiran air dapat dikurangi. Batang tanaman juga menjadi penahan erosi air
hujan dengan cara merembeskan aliran air dari tajuk melewati batang (stemflow)
menuju permukaan tanah sehingga energi kinetiknya jauh berkurang. Batang juga
berfungsi memecah dan menahan laju aliran permukaan. Keberadaan perakaran
tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan,
memantapkan agregasi tanah sehingga lebih mendukung pertumbuhan tanaman dan
mencegah erosi sehingga tanah tidak mudah hanyut akibat aliran permukaan,
meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air.
Beberapa
teknik konservasi tanah melalui metode ini antara lain seperti pertanaman
lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
Pertanaman
lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan
konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak
10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan
tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan
pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan
membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak
tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentuknya teras secara alami dan
berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
Sistem
silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpang sari,
tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan
tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dan lain-lain. Ada
beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman
pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c)
tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan
sebagai pagar hidup.
Pemberian
mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar
terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi
yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa
juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat
dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar
dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau
didatangkan dari luar lahan pertanian.
Pada
gambar diatas dapat dilihat metode yang digunakan adalah Mulsa. Mulsa plastik
berbentuk tenda untuk tanaman tahunan pada tanaman pohon- pohonan mulsa plastik
dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma,
mempertahankan kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.
Pertanaman
strip (strip cropping) adalah sistem pertanaman, dimana dalam
satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan
berselang-seling dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman
jagung dalam satu strip searah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 m
tergantung kemiringan lahan, di lereng bawahnya ditanam kacang tanah dengan
sistem sama dengan penanaman jagung, strip rumput atau tanaman penutup tanah
yang lain.
Semakin
curam lereng, maka strip yang dibuat akan semakin sempit sehingga jenis tanaman
yang berselang-seling tampak lebih rapat. Sistem ini sangat efektif dalam
mengurangi erosi hingga 70-75%(FAO, 1976) dan vegetasi yang ditanam (dari jenis
legum) akanmampu memperbaiki sifat tanah walaupun terjadi pengurangan luasareal
tanaman utama sekitar 30-50%.
Sistem
ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai bergunung dan
biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi lain seperti tanaman pagar,
saluran pembuangan air, dan lain-lain. Penanaman menurut strip merupakan usaha
pengaturan tanaman sehingga tidak memerlukan modal yang besar.
2.2.2
Pengaturan Kedalaman
Salah
satu penyebab rendahnya produksi hasil pertanian di daerah semi-arid adalah
terbatasnya jumlah air yang tersedia bagi akar tanaman. Uap air yang ada akan
meningkat jika kedalaman perakaran meningkat dan telah terbukti dalam beberapa
kasus, pengolahan berupa pengaturan kedalaman ini dapat membantu, misalnya pada
tanah berpasir padat (luvisols) di Botswana (Willcocks 1984). Meninjau
banyaknya studi tentang percobaan pengaturan kedalaman pada persiapan lahan
pada Alfisols, El-Swaify menemukan hasil bervariasi; pengolahan mendalam
bermanfaat bagi beberapa tanaman tapi tidak semua, dan pada beberapa tanah
tetapi tidak semua. Juga pengolahan yang mendalam memerlukan rancangan daya
yang lebih besar yang biasanya dalam pasokan pendek di daerah semi-arid.
Pemecahan
atau subsoiling dapat bermanfaat, baik untuk meningkatkan porositas tanah atau
untuk memecahkan pan yang mengurangi permeabilitas. Penempatan pupuk pada
kedalamn tertentu juga dapat digunakan untuk mendorong lebih banyak perakaran
pada kedalaman, tapi sekali lagi penerapan teknik ini akan sulit untuk
pertanian subsisten.
Tanaman
pagar adalah sistem pertanaman yang memanfaatkan tanaman
sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Manfaat tanaman pagar antara lain
adalah melindungi lahan dari bahaya erosi baik erosi air maupun angin. Tanaman
pagar sebaiknya tanaman yang mempunyai akar dalam dan kuat, menghasilkan nilai
tambah bagi petani baik dari hijauan, buah maupun dari kayu bakarnya.
Untuk
tanaman pagar dapat dipilih jenis pohon yang berfungsi sebagai sumber pakan
ternak, jenis tanaman yang dapat menghasilkan kayu bakar atau jenis-jenis lain
yang memiliki manfaat ganda. Tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan jarak yang
rapat (< 10 cm). Karena tinggi tanaman bisa mencapai 1,5 – 2 m maka
pemangkasan sebaiknya dilakukan 1-2 kali setahun (Agus et al., 1999).
2.2.3
Konservasi Pertanian
Seperti
konservasi tanah, metodel ini mencakup banyak teknik pertanian yang berbeda,
termasuk praktek pertanian untuk peningkatan produksi atau keunggulan atau
untuk mengurangi input tenaga kerja maupun pupuk, atau apapun mengarah pada
perbaikan pengelolaan lahan yang telah kita definisikan sebagai dasar
konservasi tanah yang baik.
Kadang-kadang
terdapat sejarah panjang praktik konservasi pertanian dan tanah tradisional
yang telah diuji dan dikembangkan selama periode waktu yang cukup lama untuk
memasukkan semua variasi kemungkinan iklim. Praktek-praktek tradisional ini
harus memberikan hasil yang terbaik namun dalam jangka waktu panjang, mengingat
bahwa penafsiran petani dari 'terbaik' mungkin didasarkan pada keungulan dari
hasil pertanian yang maksimal. Namun daerah semi-arid berubah dengan cepat dan
pola-pola tradisional mungkin tidak relevan lagi. Jones (1985) mengatakan
"saat tradisi dapat menggabungkan kebijaksanaan berabad-abad dengan
pengalaman praktis, mungkin juga tidak pantas di mana tekanan demografis
baru-baru ini memiliki perubahan yang sudah cenderung dipaksakan, misalnya
ditinggalkannya fallowing semak atau migrasi ke berbagai jenis tanah atau ke
daerah yang kebih kering. Anda tidak dapat meminta petani untuk mengadopsi
praktek-praktek baru yang hanya 50%
keberhasilannya". Teknik-teknik baru yang mungkin harus memiliki
karakteristik dasar yang sama dengan praktek-praktek tradisional, harus mudah
dimengerti, sederhana untuk diterapkan, memiliki input tenaga kerja maupun
biaya yang rendah serta harus menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi
yaitu tingkat pengembalian yang tinggi.
Beberapa
teknik pada metode ini adalah sebagai berikut.
·
Pertanian pada Rade yang maju di India
(Swaminathan 1982). Budidaya dan penanaman dilakukan pada gradien lembut,
kadang-kadang bersama-sama dengan teras saluran graded. Hal ini mendorong
infiltrasi tetapi memungkinkan Surplus run-off pada kecepatan rendah.
Kadang-kadang ini dapat dikombinasikan dengan praktek sederhana untuk mendorong
infiltrasi seperti mengembalikan sisa tanaman. Ini jarang menyediakan solusi
lengkap karena masalah pembuangan permukaan run- off yang terjadi.
·
Strip cropping yang paling berguna di
lereng lembut, di mana hal itu dapat mengurangi erosi ke tingkat yang dapat
diterima tanpa bank atau saluran air.
·
Rotasi yang lain praktek maju dan
sederhana. Tujuannya mungkin untuk meningkatkan kesuburan dengan menggunakan
kacang-kacangan atau untuk membantu pengendalian hama atau penyakit. Di bagian
semi-arid Australia, praktek yang sukses
adalah untuk alternatif tanaman sereal dengan penyemaian hijauan legum dari
regenerasi gratis tahunan seperti semanggi bawah tanah atau Medicago. Ujian
mengadaptasi sistem ini di Tunisia dilaporkan oleh Doolette (1977) .
·
Fallowing maju dan sukses dalam beberapa
keadaan tetapi tidak yang lain. Di tanah kering gandum dari Australia, suatu
lahan kosong di musim panas digunakan untuk membangun kelembaban tanah sebelum
menabur gandum musim dingin yang menerima curah hujan hanya pas-pasan. Praktek
ini sangat berguna pada tanah liat yamg retak. Ada risiko erosi yang terjadi
selama musim panas ketika intensitas tinggi oleh badai musim panas jatuh di
lahan kosong (Walker 1982). Di Afrika Timur, menggunakan metode ini pada lahan
miring memiliki risiko erosi yang tinggi (Pereira et al . 1958), tapi di lereng
lembut di Botswana hasil yang baik dilaporkan oleh Whiteman (1975). Praktek ini
tidak universal berhasil, sebagian karena petani subsistem mungkin gagal untuk
menjaga lahan bebas dari gulma dan tidak mungkin untuk menarik curah hujan.
·
Pertanian campuran dan kayuan secara luas
diterapkan melalui teknik tradisional. Kombinasi tanaman dengan waktu tanam
yang berbeda dan panjang yang berbeda dari periode pertumbuhan menggunakan
kebutuhan tenaga kerja pada penanaman dan pemanenan, dan juga memungkinkan
perubahan rencana pada pertengahan musim sesuai dengan hujan di bagian awal
musim (Swaminathan 1982). Keuntungan lain yang mungkin timbul dari penggunaan
kacang-kacangan untuk meningkatkan jumlah nitrogen untuk tanaman sereal.
Variasi pada tema tanam campuran, tumpang sari, dan estafet tanam sedang
diselidiki dalam Sistem Pertanian Program di ICRISAT (1986) .
·
Permukaan mulsa memiliki keuntungan dari
memberikan tutup pelindung pada saat penutup tanaman tidak praktis. Hal ini
meningkatkan infiltrasi, dan mungkin juga menguntungkan karena mengurangi suhu
tanah. Kemungkinan keuntungannya adalah:
o
Jumlah sisa tanaman yang dibutuhkan mungkin
lebih daripada yang tersedia dari produksi tingkat rendah ;
o
Masalah hama, penyakit , atau nitrogen
berkurang ;
o
Kurangnya alat yang bisa menanam atau
mengebor melalui mulsa ;
o
Mulsa organik akan cepat teroksidasi pada
suhu tinggi.
Keberhasilan
penggunaan mulsa di barat selatan semi-arid dari Amerika Serikat dilaporkan
oleh Stuart et al. (1985). Ujian dari bahan yang berbeda dan jumlah yang
dilaporkan dari India (Yadav 1974) dan dari savana kering Ghana utara (Bonsu
1985) .
2.2.4
Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air
Pemilihan
dan pengujian varietas tanaman, seleksi dan pemuliaan kultivar untuk kondisi
semi-arid relatif baru namun menjanjikan (Oertli 1983). Namun, Jones (1985)
menyatakan bahwa solusi ini akan menjadi tidak mudah dan sederhana karena
syarat utama adalah kemampuan untuk bertahan hidup pada periode kekeringan dan
mulai tumbuh lagi ketika kekeringan berakhir.
Ketidakpastian
hasil tanaman mengurangi kesempatan bagi penggunaan pupuk dan pupuk mineral
yang efektif. Ada kemungkinan keuntungan ekonomi untuk investasi kecil,
misalnya "banyak tanah semi-arid memiliki kapasitas penyerapan fosfat yang
rendah, yang berarti bahwa penambahan kecil yang cukup untuk memberikan respon
tanaman besar dan biasanya akan memiliki beberapa efek residual selama beberapa
tahun setelahnya. Hal ini baik untuk peningkatan yang berkelanjutan sedikit
dalam produktivitas di daerah-daerah tanpa peningkatan fosfat" (Jones
1985). Ada juga bukti bahwa ketersediaan kalium dapat meningkatkan pemanfaatan
air melalui efeknya pada tekanan turgor atau mekanisme regulasi stomata
(Lindhauer, 1983). Irigasi suplementer dapat menjadi penting karena penyediaan
jumlah kecil air pada saat-saat kritis dapat memiliki hasil yang baik, misalnya
untuk memungkinkan awal tanam, irigasi penghematan air untuk persediaan tanaman
saati periode kering, atau untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi yang larut
pada tanaman.
2.3
Metode Konservasi Secara Mekanik
2.3.1 Prinsip
Metode Mekanik adalah semua perlakuan fisik
mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode
mekanik dalam konservasi tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan,
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak,
memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki
aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Metode mekanik dalam konservasi
tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan
guludan bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat,
waduk, tanggul, kolam atau balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dan
lain-lain.
Tidak
ada praktek konservasi universal yang diterapkan di
mana-mana. Perencanaan konservasi tanah adalah seperti memiliki susunan teknik dan praktek yang besar yang masing-masing ditetapkan saling terpisah. Tujuan perencanaan
konservasi tanah adalah untuk membuat sebuah sistem dengan memilih satu set
setiap item yang masing-masing terkait dengan kondisi dan yang dapat
dikombinasikan menjadi sebuah sistem yang bisa diterapkan.
Melihat
lebih banyaknya pilihan melakukan
pekerjaan secara mekanikal,
yang merupakan faktor
utama dalam menentukan
tujuan.
Cara yang berbeda dengan pembuatan teras akan
membantu memenuhi tujuan yang berbeda,
yang
diatur dalam Tabel 4.1.
Tujuan
utamanya mungkin adalah:
·
Untuk mengubah kemiringan tanah (Tipe l, 2, dan
3);
·
Untuk mempengaruhi permukaan run-off (Tipe 4 sampai
7);
·
Untuk memungkinkan penggunaan pertanian lereng
curam (Type 8).
Tabel 4.1 Pembuatan Teras Untuk Tujuan yang Berbeda
Tujuan
|
Jenis
Teras
|
1. Tingkat teras untuk irigasi
4.5
|
|
Manajemen Tanah
|
2. Teras Bench yang dibangun
dalam satu operasi pada Gambar 4.1, 4.6 dan 4.7
|
3. Progressive lereng (Fanya
juu) Gambar 2.4, 4.8 dan 4.9
|
|
4. Absorb semua hujan ( murundum
) Lempeng Gambar 4.10
|
|
Manajemen Air
|
5.
Menyerap sebagian hujan yang melimpah secara
darurat ( kontur bund ) Gambar 3.4 dan 4.11
|
6.
Pengontrol Run- off ( graded terraces channel )
Gambar 4.12
|
|
7.
Controlled Reduced- off run
·
ridging, Plate 4.13
·
tied ridging, Plate 4.14
|
|
Teras Pengelolaan Tanaman
|
8.
Teras Berselang, Gambar 4.4
·
Terasorchard, Plate 4.15
·
platforms
·
Parit Bukit, Plate 4.16
|
Di daerah yang umumnya memiliki curah
hujan tinggi mengharuskan penggunaan saluran air tanah
dan parit untuk keamanan sebab adanya aliran run-off yang tidak dapat dihindari. Di daerah semi-arid terdapat kemungkinan untuk
memperlambat run-off untuk kecepatan non-scouring dan mendorong
infiltrasi atau deposisi dari debu tanpa mengalihkan
run-off . Hal ini memerlukan struktur sederhana yang murah dan sangat berbeda dari
sistem klasik pengalihan saluran air, nilai saluran
teras, saluran air dan pembuangan. Hal itu merupakan
teknologi tinggi tata letak yang dirancang dengan hati-hati dari struktur,
desain dan prosedur yang ditetapkan
dalam Hudson (1981). Pendekatan ini tidak cocok untuk daerah semi-arid di mana diperlukan staf
yang lebih terlatih. Teknik sederhana yang
diperlukan yang dapat ditata oleh penyuluh desa, atau petani sendiri.
Negara-negara dalam edisi konservasi tanah
berkembang besar adalah apakah hasilnya membenarkan biaya. Di daerah semi-arid
ini, semakin kompleks dengan adanya
alternatif yang terbatas. Sebuah penilaian
ilmiah mengatakan mungkin beberapa lahan kritis yang bersifat merugikan lebih
baik ditinggalkan. Alih Than Mencoba
untuk memperbaiki anggapan yang demikian dengan karya-karya konservasi tanah
mahal, tapi tidak lebih baik jika tanah yang tersedia untuk produksi makanan
yang dibutuhkan, maka input tinggi buruh mungkin diterima sebagai satu-satunya
pilihan yang tersedia.
Ada beberapa metode yang tepat untuk meletakkan garis kontur yang baik yang memiliki
tingkat atau pada gradien yang telah ditentukan. Sebagai contoh telah secara luas dan berhasil digunakan di Afrika
dan di Amerika Selatan sehingga memiliki tabung air. Di Kenya tingkat garis
lebih disukai. Dan perangkat surat sederhana ini lain
telah Kompartemen oleh Collett dan Boyd (1977). Dimana daerah yang luas landai
tanah harus ditata, perangkat pendulum sederhana dapat dipasang pada traktor
dan ini telah berhasil digunakan di Northern Territory of Australia (Fitzgerald
, 1977). Apapun metode yang digunakan untuk lay out garis, itu adalah ide yang
baik untuk membuat tanda permanen jika traktor atau sapi yang tersedia. Sementara
spidol digunakan ketika menguraikan
garis mudah hilang atau terganggu jika terdapat penundaan antara survei dan konstruksi. Juga jika saluran
atau bank tanah yang akan dibuat dengan tangan, persyaratan kerja dapat
dikurangi dengan merobek atau membajak dengan traktor atau hewan.
2.3.2 Pembuatan
Teras
Dari beberapa jenis teras yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1, hanya sedikit yang memungkinkan untuk Memiliki
aplikasi luas di daerah semi-arid. Tingkat teras mungkin lebih cocok di mana
irigasi tersedia (Tipe 1) atau teras tingkat
intermiten (Tipe 8) digunakan untuk run- off
pertanian seperti dijelaskan dalam Bagian 5.2.3. Fanya juu teras (Tipe 3)
menawarkan cara untuk mencapai tingkat teras dibatasi oleh masukan dari Partai
Buruh selama periode waktu (Gambar 2.4). Bunds Contour mungkin berguna Karena
tujuan ganda melestarikan tanah dan air (Gambar 3.4) dan Lempeng 4.11.
Juga mungkin terdapat keadaan
dimana kombinasi tanah dangkal dengan kapasitas penyimpanan yang terbatas dan
hujan lebat yang sering terjadi di permukaan run-off yang menyerukan sistem
saluran teras, muncul pada wilayah tanpa penyimpanan (Tipe 6) atau dengan
beberapa penyimpanan dan dirancang cukup lambat. Masalahnya adalah sistem
tersebut kemungkinan menjadi mahal dalam kaitannya dengan produktivitas lahan,
dan itu sulit untuk menjaga Grasso saluran air sebagai saluran pembuangan
ketika curah hujan terbatas dan tidak dapat diandalkan.
Tingkat teras untuk pertanian
lahan kering (Tipe 2) telah banyak digunakan di masa lalu, misalnya Ethiopia
(Plat 4,17), Republik Arab Yaman, dan di negara-negara Maghreb Afrika Utara
(Aljazair, Maroko, dan Tunisia). Namun sekarang teras-teras yang dibangun di
masa lalu dan saat ini semakin tidak dipelihara atau ditinggalkan sebagai tidak
ekonomis atau tidak terpelihara karena kekurangan Buruh. Salah satu contoh
adalah pegunungan Harazim dari Republik Arab Yaman di distrik Manakhah (Lempeng
4.18). Sampai saat ini Harazim telah menjadi salah satu dari wilayah gunung
yang tinggi di dunia dengan penduduk yang cukup padat, dengan hampir semua
lereng bertingkat atau digunakan sebagai daerah pengumpulan air hujan. Terutama
sejak akhir tahun 1970, sebagian besar kawasan ekosistem buatan manusia ini
telah ditinggalkan.
Beberapa
jenis teras yang digunakan dalam teknik mekanik konservasi tanah diantaranya
adalah teras bangku atau teras tangga, teras individu dan teras kebun.
Teras
bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong
panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan
bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi utama teras bangku adalah
memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak sampai merusak, meningkatkan laju infiltrasi tanah
daan mempermudah pengolahan tanah.
Teras
bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o
dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring
beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar
(bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem
lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani.
Teras
bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya
rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi
bidang olah dan tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras
bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan
infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor.
Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan
dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan
lebih banyak penggalian bidang olah.
Efektivitas
teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan
tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon
merupakan tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman
murbei sebagai tanaman penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat
sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu yang disusun,
khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang
berbatu.
Beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
(1) Dapat diterapkan pada
lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
>40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
(2) Tidak cocok pada tanah
dangkal (<40 cm)
(3) Tidak cocok pada lahan
usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.
(4) Tidak dianjurkan pada
tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
(5) Tidak dianjurkan pada
tanah-tanah yang mudah longsor.
Teras individu adalah teras
yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman tahunan (lihat
gambar). Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman
buah-buahan.
Teras kebun adalah jenis teras untuk
tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat
dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan
untuk :
1. meningkatkan efisiensi penerapan teknik
konservasi tanah,
2. memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility),
diantaranya untuk fasilitas jalan
kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.
2.3.3 Pembuangan Air
Kita telah melihat bahwa dalam kondisi semi-kering
jarang untuk mengalihkan permukaan run-off dari tanah garapan dan sebagian
besar argumen yang sama berlaku untuk cut-off atau pengalihan saluran air
dimasukkan ke dalam di tepi atas tanah yang subur untuk melindunginya dari
permukaan run- off dari tanah yang lebih tinggi digarap. Mungkin ada keadaan
khusus, dimana terdapat daerah sebagai tanah jenuh dangkal yang akan kurang
rusak jika air turun dari atas. Kesulitan juga dapat membahayakan saluran juga
mengalihkan run-off lambat selama badai yang mungkin telah berguna diserap oleh
tanah yang subur.
Oleh
karena itu, penggunaan Diversions akan terbatas pada kasus-kasus di mana
terjadi banjir run-off yang tidak terkendali dalam saluran atau parit yang akan
sia-sia kecuali sebagai akhiran diverticulitis itu adalah untuk beberapa tujuan
yang berguna.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya erosi pada saat
air melimpah, maka dapat dibuat rorak atau lubang penampung atau peresapan air.
Rorak
merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau
saluran resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim
kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.
Dimensi
rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm,
dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau
memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya
berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai
dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang
akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan
terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah
periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar
rorak dapat berfungsi secara terus-menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak
perlu diangkat ke luar atau dibuat rorak yang baru.
2.3.4 Tindakan Biaya Rendah
Pembahasan
terasering dan konservasi secara konvensional jelas menunjukkan penggunaan
langkah-langkah yang sederhana dan mudah diterapkan. Hal ini saja hanya dapat
mengurangi kerugian tanah sekitar setengah dari apa yang akan terjadi dengan
budidaya naik dan turun lereng. Kita telah melihat bahwa meskipun curah hujan
di daerah semi-arid kurang total, namun masih dapat memicu badai yang sangat
merusak sehingga biasanya akan bermanfaat untuk memiliki beberapa bentuk
struktur yang akan memperlambat permukaan run-off, mendorong pengendapan
material ditangguhkan dan mengurangi konsentrasi permukaan run- off pada
cekungan kecil.
Struktur
pada kontur lebih sederhana dan lebih murah daripada teras saluran bertingkat
tiga. Mereka harus lebih atau kurang Jadilah pada kontur tingkat, namun
kesalahan kecil yang tidak penting seperti dalam kasus saluran teras. Selanjutnya,
oleh karena air harus dihimpun dari tanah, maka jarak antara teras harus dihitung,
karena setiap teras memiliki saluran untuk menangani air dari daerah tertentu.
Tidak ada gunanya menggunakan rumus desain ketika struktur yang baik memiliki
kontur pada tingkat atau tidak dimaksudkan untuk debit run- off. Jika objek
struktur pada kontur adalah untuk menyimpan total run-off mereka kemudian harus
dirancang untuk tujuan tersebut, seperti dalam kasus dengan Fanya juu teras di
Kenya (Thomas et al . , 1980), atau Muru Dums di Brasil, dibahas dalam Bagian
4.3.2. Jika struktur disemprotkan mampu atau dapat terlewati Aman di Heavy
Rain, maka jarak antara terasa tidak material. Kemudian, karena tidak ada yang
mencoba untuk memimpin sepanjang struktur air, tidak ada masalah mencoba untuk
menangani debit pada saluran air atau saluran air. Namun, perawatan diperlukan
untuk menghindari bahaya satu tingkat kontur limpasan Bank dan menyebabkan
kegagalan progresif dari semua bank yang lebih rendah, dengan risiko yang
bermula dari selokan. Plat 4.19 tersebut menunjukkan kasus di Tanzania.
Istilah
umum untuk struktur sederhana pada kontur, tujuannya dapat didefenisikan dengan benar oleh garis
stop-wash. Bentuk garis tersebut akan tergantung pada apa bahan yang tersedia.
Pada tanah berbatu, dengan menggunakan batu-batu untuk membangun jalur batuan dengan
tujuan ganda membersihkan lapangan serta membangun garis stop-wash. Dimana batu
tidak tersedia, garis dapat dibentuk dengan menumpuk sisa tanaman, mungkin
dengan beberapa sekop tanah dan kemudian semakin dibangun dengan menambahkan Hoeing
gulma dari tangan. Contoh ditunjukkan di pelat 4.20 dari Ethiopia. Tidak ada
desain yang diperlukan, tetapi prinsip umum yang merugikan tidak ada gunanya
membangun struktur besar atau tinggi, jika dibangun dari batu, terutama karena
mereka akan sangat permeabel dan secara umum jumlah yang lebih besar dari
hambatan kecil akan lebih efektif daripada sejumlah kecil struktur besar.
Strip
rumput juga dapat digunakan sebagai garis stop-wash, dan ini adalah dasar dari
Program Konservasi Nasional di Swaziland. Pada tahun 1940 pada sebuah dekrit
kerajaan, strip rumput adat ditinggalkan pada semua tanah dibajak, 2 m lebar
pada interval vertikal 2 m. Aturan itu ketat ditegakkan dan hampir semua lahan
pertanian memiliki strip rumput hingga hari ini seperti yang ditunjukkan pada
pelat 4.21. Di Kenya pagar hidup kadang-kadang ditanam untuk tujuan yang sama, sering
sisal, Euphorbia atau tahan kekeringan spesies lain (Foto 4,23 dan 4,24). Di daerah
dengan curah hujan tinggi yang padat ditanami rumput dapat dipotong untuk pakan
ternak dan menyebabkan efek terasering (Gambar 4.25).
Ketika
garis stop-wash yang dimaksudkan untuk mengalihkan air dari saluran kecil
kurang tepat untuk Mengurangi permeabilitas pada saat ini. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan prinsip sebaliknya yaitu filter. Struktur utama terdiri dari
batu-batu besar, kemudian hulu pada batu sisi yang lebih kecil yang dikemas,
tapi cukup besar sehingga idak bisa dicuci melalui celah-celah di batu-batu besar.
Hulu dari batu-batu kecil juga ditambahkan lapisan kerikil. Air masih akan
mengalir melalui struktur, namun perlahan-lahan , dan akan membangun di depresi
dan mengalir keluar pada sisi lain akhirnya menemukan jalan melalui penghalang
batu dan melanjutkan jalurnya menuruni lereng. Prinsip yang sama dapat
digunakan pada skala yang lebih besar untuk struktur kontrol selokan.
Beberapa
aplikasi dari garis batu memiliki tujuan utama dari pemanenan air daripada
konservasi tanah. Limpasan dari tanah di lereng tak bervegetasi berjalan turun
ke lahan pertanian, dan disebarkan oleh penyemprotan garis batu yang akan
bergabung dengan run-off pada lahan pertanian yang dimulai. Hal ini menyebabkan
objek yang ada tidak akan menguras pengalihan di tepi atas dari lahan
pertanian, dan garis-garis batu tidak harus menggunakan reverse filter. Dimana
tujuannya adalah untuk menjebak dan menahan sedimen di balik pematang batu dan mengurangi
untuk lereng dengan mengembangkan teras. Efek filter adalah kebalikan dari diinginkan
sepanjang seluruh panjang guludan jika batu dengan ukuran yang berbeda yang
tersedia. Ini menunjukkan prinsip kerugian itu selalu penting untuk menjadi
cukup jelas dalam pencapaian tujuan. Bahkan perangkat sederhana seperti
garis-garis batu dapat dibangun untuk membantu agar mereka tetap permeable.
Ada banyak
contoh yang tidak pantas dan tidak berhasil dengan upaya penggunaan teras
saluran i dalam kondisi semi-arid (Heusch 1985, Roose dan Piot 1984). Ada juga
sejumlah contoh dari keberhasilan penggunaan struktur yang sederhana. Contohnya
adalah dataran tinggi Mossi di Burkina Faso di mana solusi yang dianjurkan
adalah membangun sering hambatan rendah (tinggi 20-40 cm) pada 10-25 m jarak,
dari struktur dasar yang dibangun dari blok laterit dan distabilkan dengan
rumput (Roose dan Piot 1984). Proyek lain di Burkina Faso batu yang digunakan
baris yang sama seperti yang diilustrasikan pada pelat 4.26 dan dijelaskan oleh
Wright ( 1984 ), dan pendekatan yang sama digunakan dengan sukses di Mali (Hallam
et al , 1985 ; . Hallam dan Roose 1985). Plate 4.27 menunjukkan pengaruh
kelembaban pada vegetasi dekat garis batu sederhana. Plate 4.28 menunjukkan
aplikasi lain di selatan-timur semi-arid Kenya pada jalur ternak terkikis dan Plat 4.29
penghalang batu sederhana di cuci secara sederhana di Mali .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar