TUGAS INDIVIDU
AGRIBISNIS
TANAMAN HORTIKULTURA
PERMASALAHAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN PADA KOMODITI TANAMAN HIAS KRISAN

OLEH :
NAMA :
RARA
KINANTI
NIM :
G 111 12 277
KELAS :
D
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Pasca Panen Bunga Krisan
Bunga krisan (Chrysanthymum
morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi konsumen di Indonesia,
karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi utama tanaman hias
disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk, warna dan mudah
dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa bertahan sampai 3
minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai komersial yaitu bunga
mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai komoditas unggulan.
Pasca panen
merupakan tahapan penting dalam usahatani karena tanpa penanganan yang baik
akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian yang dapat diakibatkan
oleh kesalahan dalam penanganan panen di Indonesia mencapai rata-rata 21% dari
produk yang dihasilkan. Penanganan pasca panen untuk bunga potong sebagai salah
satu produk hortikultura yang sangat mudah rusak, sangatlah penting karena
meskipun vase life atau daya tahan kesegaran suatu bunga ditentukan dari jenis
atau varietas tanaman, cara budidaya dan faktor-faktor klimat (iklim) dari
lokasi budidaya sangat menentukan. Penanganan pasca panen pada produksi bunga
potong adalah hal yang sangat penting, karena untuk mempertahankan kesegaran
bunga yang dihasilkan agar kelak sampai pada konsumen, bunga tetap segar dan
menarik. Meskipun penanganan ini hanya memakan waktu singkat dibandingkan
dengan bagaimana produk ini dihasilkan, tapi sangat menentukan kualitas bunga
potong yang dihasilkan sebelum produk ini sampai kepada pengguna.
Hal-hal penting
yang harus diperhatikan dalam tahapan pasca panen adalah: 1). Penentuan waktu
yang tepat, 2). Teknik panen, 3). Transportasi hasil panen, 4). Penempatan
hasilpanen, 5). Sortasi, 6). Packing, 7). Penyimpanan, 8). Transportasi dari
kebun ke rumah/ kios dan 9). Distribusi ke konsumen. Tahapan-tahapan ini tidak
begitu lama, tapi membutuhkan perhatian dan kerja yang teliti, sesuai produk
yang dihasilkan. Untuk itu sebelum mengerjakan perlu diketahui sifat dan
karakter dari produk yang dihasilkan, dan tujuan pasar yang akan dituju. Karena
pengetahuan tentang karakter prouk inilah yang akan menentukan cara-cara dalam
penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk yang dihasilkan tetap prima. Dan
tujuan pasar juga harus diketahui untuk penentuan grading dan packing produk
tersebut. Jadi tahapan panen dan pasca panen merupakan tahapan penting dan
anding dari produksi bunga potong, karena meski telah melewati tahapan budidaya
yang baik dan benar, tapi penanganan panen dan pasca panen tidak baik akan
menurunkan nilai jual dari produk yang dihasilkan.
Perlakuan terhadap bunga potong ini
antara lain adalah perlakuan pada saat sebelum panen yang antara lain seperti greenhouse,
sistem irigasi, pemberian nutrisi yang tepat, pencahayaan dan lain-lain.
Perlakuan setelah panen atau pasca panen antara lain adalah pemotongan tangkai
bunga, pendinginan atau penyimpanan, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya
Hasil panen
dilapangan, diusahakan agar secepatnya diletakan pada tempat yang teduh dengan
wadah tampung yang baik, sesuai produk yang dihasilkan, seperti menggunakan
ember yang berisi air, keranjang plastik atau kain terpal yang dapat dibuat
sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapang. Tempat penampungan yang baru dipanen
harus teduh dan sejuk serta dilengkapi dengan bak-bak perendaman bunga yang
selalu dijaga kebersihannya. Tempat penyimpanan harus sebaiknya menyatu dengan
tempat grading, packing dan cold storage (bila ada). Produk yang telah
terkumpul ditempat penampungan ini kemudian akan dilakukan proses pemilahan
berdasarkan mutu tiap-tiap produk yang disebut proses penyortiran (grading).
Tidak semua
hasil panenan dapat dipasarkan, namun harus disortir dari produk yang kurang
baik atau diluar standart. Kriteria standart mutu produk hortikultura di
Indonesia termasuk bunga potong belum baku, walau ada beberapa jenis yang telah
di bakukan dalam standar nasional Indonesia seperti Krisan, Mawar, Gladiol,
Anyelir, Anggrekdan Helikonia. Namun karena sistem pemasaran belum melalui
pasar lelang, maka aturan ini relatif belum banyak digunakan oleh produsen.
Satandar mutu yang digunakan adalah secara umum saja seperti: tangkai bunga
tidak bengkok, besar tangkai proporsional dengan panjang tangkainya bersih dari
bekas serangan hama dan penyakit. Kemudian untuk krisan pengemasan dalam
kemasan 10 tangkai dengan pembungkus kertas polos, kertas berloga nama produsen
atau dengan plastik
1.2
Tujuan
Dengan
kegiatan kerja praktik mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara membudidayakan
bunga potong serta permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan, dengan
teknologi yang digunakan selain mendapatkan pengalaman kerja.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Hias Krisan
Kedudukan tanaman krisan atau seruni dalam sistematik
(taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan
berbiji)
Sub-divisi :
Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas :
Dycotiledonae (biji berkeping dua)
Ordo :
Asterales (compositae)
Famili :
Asteraceae
Genus :
Chrysanthemum
Spesies : Chrysanthemum
morifolium Ramat, dan lain-lain.
Krisan merupakan tanaman bunga
berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau
chysanthemum berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari
dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium
(ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Di Jepang abad ke-4 mulai
membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan simbol kekaisaran Jepang
dengan sebutan Queen the east.
Krisan
atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia, karena
terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan
yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C.
frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan
yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri,
terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer
di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk
mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan
konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning,
sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang
merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.
2.2 Permasalahan
yang ada pada Pasca Panen
Relatif sedikit informasi
pengetahuan tentang fisiologi dan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias
bila dibandingkan dengan tanaman buah maupun sayuran. Hal ini dikarenakan organ
tanaman atau organ panenan yang kebanyakan berupa pucuk bunga dengan sekumpulan
petal adalah merupakan sistim yang sangat berbeda dengan organ tanaman lainnya dalam
hal proses-proses senesen. Waktu antara kematangan dengan sense dan kematian
sangatlah pendek bila dibandingkan organ lainnya seperti buah dan
daun. Ada dua perbedaan mendasar dalam hal penanganan pascapanen dan fisiologi
daripada senesen pada tanaman hias bila dibandingkan dengan produk-produk
pertanian lainnya.
Perbedaan tersebut meliputi.
1. Tanaman hias (bunga potong baik berdaun maupun sedikit
berakar, dan hias daun potong) merupakan organ yang sangat komplek bila dibandingkan
dengan biji, buah, dan kebanyakan sayuran. Biji dan buah merupakan sekumpulan
beberapa unit morfologi termasuk sepal, petal, androcium, gymnocium, tangkai,
dan kadangkala beberapa daun. Masing-masing unit memiliki morfologi dan
fisiologi yang berbeda satu sama lainnya. Mereka semua saling berinteraksi
dalam proses fisiologi keseluruhan atau keutuhan bunga potong tersebut.
2.
Kebanyakan buah dan sayuran dipanen setelah mencapai stadia perkembangan yang
sempurna atau perkembangan penuh. Teknik penanganan pascapanen dari pada buah
dan sayuran adalah secara langsung ditujukan untuk penundaan senesen dan
mempertahankan produk tetap dalam keadaan segar. Pada kebanyakan bunga atau
tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama,
adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga (flower bud) hingga stadia
mekar penuh. Stadia kedua, adalah kematangan, senesen,
dan kemudian kelayuan. Jadi penanganan pascapanen mencakup hal-hal yang
ditujukan untuk perangsangan pertumbuhan stadia pertama, dan penghambatan
proses metabolisme pada stadia kedua.
Adapun masalah yang biasanya terjadi
pada pasca panen yaitu masalah yang muncul
adalah jauhnya tempat pemesanan, seperti misalnya bunga datang bisa
berhari-hari, pengiriman secara teknis sangat repot karena perlu air dan
sebagainya, bunga saat datang sudah layu dan tidak segar, bunga banyak yang
rontok dan banyak lagi masalah atau kendala yang dihadapi petani maupun
konsumen. Kendala pengiriman sangat banyak yaitu karena jauhnya tempat
pemesanan, seperti misalnya bunga datang bisa berhari-hari, pengiriman secara
teknis sangat repot karena perlu air dan sebagainya, bunga saat datang sudah
layu dan tidak segar, bunga banyak yang rontok dan banyak lagi masalah atau
kendala yang dihadapi petani maupun konsumen. Berdasarkan fenomena tersebut,
maka perlu kiranya ada suatu upaya untuk membantu para petani dalam penanganan
pasca panen. Upaya pengawetan dan penanganan pasca panen dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu : pendinginan awal setelah bunga dipotong, perendaman
dengan larutan perendam (sukrosa) selama pengiriman, penyimpanan dan teknik
pengemasan yang tepat selama distribusi (Edwina, 2005). HasiI dari program
ipteks ini adalah : 1) Kelompok tani mampu mengadopsi pengetahuan yang
disampaikan dan sudah mampu melakukan penanganan pasca panen bunga potong
krisan dengan baik, 2) Hasil program ini dapat diterapkan dalam penanganan
pasca panen dan pendistribusian karena mampu mempunyai umur simpan 12 hari, 3)
Petani dapat menangani masalah bunga krisan dengan cara yang mudah dan murah.
Tahapan
akhir dari budidaya bunga potong Krisan adalah pemanenan, dimana pada tahap ini
tingkat kematangan produk yang akan dihasilkan telah optimum. Waktu pencapaian
kematangan ini tidaklah sama meskipun pada jenis tanaman yang sama. Karena hal
ini dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah , intensitas matahari, iklim makro
setempat, seperti temperatur dan kelembaban dan teknik budidaya. Panen dapat
dilakukan pada umur tanaman 90-100 hari sesudah tanam. Bunga siap dipanen
setelah petal bunga membuka 75-100% (sesuai dengan permintaan konsumen). Panen
dengan cara dipotong, menggunakan gunting pemotongan agar tidak merusak
jaringan tanaman. Karena diharapkan setelah panen, induk dapat dikembangkan
lagi untuk potmum.Hasil panen dikelompokkan sesuai tinggi tanaman, dikumpulkan
pada wadah yang telah disiapkan. Wadah diberikan sedikit air dan kalau perlu ditambahkan
sedikit gula putih, agar dapat mempertahankan kesegaran tanaman hasil panenan.
Tanaman dikelompokkn pada setiap ikatan sebanyak 10 tangkai, sesuaikan keadaan
tanaman, untuk memudahkan dalam penghitungan kelak. Teknik panen, potong agak
miring agar penyerapan air relatif besar. Panen dan Pasca panen merupakan
tahapan penting dalam usahatani karena tanpa penanganan yang baik akan
mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian yang dapat diakibatkan oleh
kesalahan dalam penanganan panen di Indonesia mencapai rata-rata 21% dari
produk yang dihasilkan. Penanganan pasca panen untuk bunga potong sebagai salah
satu produk hortikultura yang sangat mudah rusak, sangatlah penting karena
meskipun vase life atau daya tahan kesegaran suatu bunga ditentukan dari jenis
atau varietas tanaman, cara budidaya dan faktor-faktor klimat (iklim) dari
lokasi budidaya sangat menentukan. Penanganan pasca panen pada produksi bunga
potong adalah hal yang sangat penting, karena untuk mempertahankan kesegaran
bunga yang dihasilkan agar kelak sampai pada konsumen, bunga tetap segar dan
menarik. Meskipun penanganan ini hanya memakan waktu singkat dibandingkan
dengan bagaimana produk ini dihasilkan, tapi sangat menentukan kualitas bunga
potong yang dihasilkan sebelum produk ini sampai kepada pengguna. Hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam tahapan pasca panen adalah: 1). Penentuan
waktu yang tepat, 2). Teknik panen, 3). Transportasi hasil panen, 4).
Penempatan hasilpanen, 5). Sortasi, 6). Packing, 7). Penyimpanan, 8). Transportasi
dari kebun ke rumah/ kios dan 9). Distribusi ke konsumen. Tahapan-tahapan ini
tidak begitu lama, tapi membutuhkan perhatian dan kerja yang teliti, sesuai
produk yang dihasilkan. Untuk itu sebelum mengerjakan perlu diketahui sifat dan
karakter dari produk yang dihasilkan, dan tujuan pasar yang akan dituju. Karena
pengetahuan tentang karakter prouk inilah yang akan menentukan cara-cara dalam
penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk yang dihasilkan tetap prima.
Dan tujuan pasar juga harus diketahui untuk penentuan grading dan packing
produk tersebut. Jadi tahapan panen dan pasca panen merupakan tahapan penting
dan anding dari produksi bunga potong, karena meski telah melewati tahapan
budidaya yang baik dan benar, tapi penanganan panen dan pasca panen tidak baik
akan menurunkan nilai jual dari produk yang dihasilkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Solusi Pasca Panen atau
Pengolahan yang ditawarkan
Karena
tinggi kandungan air jaringan maka tanaman hias pot ataupunbunga potong
merupakan komoditi yang mudah rusak dan sulit untukmempertahankan diri dari
kekeringan. Sedangkan, bunga-bunga yang mulaimengering sangat tidak disukai
oleh konsumen.Karena kelembutan dan kehalusannya maka tanaman hias pot
maupunbunga potong sangat peka terhadap kerusakan fisik maupun kimia, dan
infeksipatogen serta serangan hama selama dan setelah panen. Selain itu
prosesmetabolisme untuk mempertahankan hidupnya sangat singkat, maka dari
itumerupakan masalah penanganan pascapanen untuk komoditi ini perludicarikan
jalan pemeecahannya.Terdapat fakta nyata bahwa sejumlah besar kehilangan hasil
padatanaman hias pot dan bunga potong terjadi pada periode pascapanen.Tercatat
sebesar 20 persen karena tidak terjualnya komoditi akibatpenanganan yang tidak
tepat teknologi, lebih 10 persen komoditi gagaldipanen karena menunjukkan
jeleknya kualitas pertumbuhan, dan lebih 50persen rusak selama penanganan dan
pengiriman. Praktek-praktek pemanenan, pengepakan, penyimpanan,pengangkutan,
pemasaran, promosi, dan desain wadah penyimpananmerupakan rantai penanganan
pascapanen pada dunis bisnis bunga potongdan tanaman hias pot ataupun tanaman
hias lainnya (floriculture). Namunterdapat banyak variasi penerapan teknik dan
pengetahuan diantara banyakpengusaha di bidang ini. Oleh karenyanya, pengusaha
maupun petani produsen komoditi ini harus mendapatkan pengetahuan yang tepat
dan baikguna penanganan selama periode pascapanen komoditi
bersangkutan.Perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman hias potdan
bunga potong akhirnya telah berkembang, walaupun lajuperkembangannya masih
sangat lamban. Teknik-teknik penangananpascapanen untuk mengurangi kehilangan
hasil pada komoditi panenantanaman hias ini meliputi,1. Seleksi kultivar (atau
jenis-jenis) unggul,2. Menentukan standar panen (tingkat kematangan),3.
Perlakuan kimia sebelum pengangkutan,4. Teknik-teknik pengepakan,5. Pengaturan
lingkungan simpan yang meliputi pengaturan suhu dankomposisi atmosfir penyimpanan,6.
Penggunaan bahan-bahan preservatif (pengawet) dan senyawa-senyawayang mengatur
mekarnya kuncup bunga, dan7. Model atau fasilitas pengangkutan.
Permasalahan utama yang harus dipecahkan
pada penanganan pasca panen bunga potong adalah bagaimana memperlambat proses
respirasi dan tranpirasi, memperkecil akumulasi etilen, dan mencegah serangan
hama dan penyakit dari sejak bunga dipanen dan disimpan di tingkat petani dan
ketika bunga berada dalam perjalanan dari produsen sampai ke konsumen. Pada
umumnya petani masih menggunakan cara-cara penanganan tradisional yang
mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan bunga potong. Alternatif pemecahan
masalah yang bisa dilakukan untukmengatasi masalah tersebut adalah dengan
mengembangkan teknologi penanganan pasca panen bunga potong sesuai dengan
karakteristik fisiologis yang dimilikinya baik ditingkat petani, pedagang
pengumpul maupun pedagang pengecer. Seleksi kultivar untuk memperoleh produk
bunga potong yang berkualitas tinggi, penentuan saat panen yang tepat, cara
panen yang tepat, perlakuan-perlakuan kimiawi untuk memperpanjang daya simpan,
pengembangan tenik penyimpanan dan pengemasan, dan perencanaan model pengangkutan
adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjamin tersedianya bunga dengan
kualitas yang tinggi di pasaran.
3.2 Pasca Panen Bunga Krisan
Kegiatan pascapanen meliputi:
1. Penyimpanan
Cara menyimpan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Cara-cara
penyimpanan itu antara lain dengan merendam tangkai bunga kedalam air, memberi
perlakuan kimiawi, dan dengan cara pendinginan. Teknologi penyimpanan sederhana
diuraikan oleh Rukmana (1992) yaitu dengan cara merendam tangkai bunga kedalam
air yang bersih dan menyatakan bunga potong perlu direndam dalam air suam-suam
kuku dengan suhu 30-35 0C selama 2 menit sebelum dikemas. Respati
dalam IPTEKNET (2006) menganjurkan, memakai perlakuan kimiawi terhadap bunga
krisan dengan merendam tangkai bunga kedalam pengawet Chrystal sebanyak 5 gr/l
air. Bunga disimpan dalam ruangan yang mempunyai suhu optimum 3-5 0C
dan RH 80-90% sebelum dipasarkan.
2. Sortasi dan
penggolongan
1) Sortasi
Penyortiran dilakukan dengan
memisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya.
Kemudian daun-daun kering atau terserang hama dibersihkan dan daun-daun tua
pada pangkal tangkai dibuang.
2) Penggolongan
Penggolongan bunga didasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan. Kriteria penggolongan bunga krisan potong meliputi penampilan yang
baik, menarik, sehat, dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan
menjadi 3 kelas yaitu: kelas I untuk konsumen dihotel dan flories besar,
yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 5 mm. kelas II dan III untuk konsumen
rumah tangga, flories menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai
bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
Dalam menentukan grade, hal yang
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Panjang
tangkai
2. Diameter batang bunga
3. Diameter bunga saat
dipanen
4. Kemekaran bunga saat
dipanen
5. Jumlah bunga mekar
dalam batang
6. Kesegaran bunga
7. Keadaan tangkai bunga
8. Keseragaman kultivar
9. Keadaan
daun 1/3 bagian
10. Keadaan daun 2/3 bagian
11. Hama dan penyakit
12. Kelenturan
13. Jumlah dalam kemasan
14. Bentuk rangkaian dalam kemasan
15. Pembungkus
16. Pengikat
17. Perlakuan pasca panen
Pada waktu pemanenan bunga sebaiknya dilakukan juga
seleksi bunga berdasarkan kualitasnya (grade I dan II). Bunga yang tidak
termasuk grade I dan II, sebaiknya tidak dipanen dan dibuang pada saat
pembongkaran tanaman. Kriteria untuk grade I dan II adalah sebagai
berikut, (Soekarwati, 1999):
1. Grade I
Bunga mekar (tidak terlalu mekar atau terlalu kuncup),
segar, tidak bergerombot, tidak terserang hama penyakit seperti apid, thrips
dan sebagainya, pada pinggir bunga tidak ada busuk kehitaman; batang besar
(sesuai dengan jenisnya), tegar, lurus dan panjang minimal 75 cm; daun hijau
segar, tidak kering dan tidak terserang hama penyakit, seperti leaf miner,
white rust, dan sebagainya; Bentuk bunga normal dan tidak ada
kelainan-kelainan yang menyimpang dari bentuk atau warna aslinya.
2. Grade II
Bunga mekar, segar, boleh bergerombol
tetapi tidak terserang hama penyakit; batang boleh agak kecil tetapi harus
lurus dengan panjang minimal 50 cm; kriteria lain sama dengan kriteria grade
I dengan sedikit toleransi, misalnya jika daun terserang hama penyakit
tetapi tidak terlalu parah masih dapat dimasukkan dalam grade II. Pada saat panen, bunga langsung dilakukan
pengikatan di lapangan. Bunga yang diikat adalah yang sejenis dan sama gradenya.
Jumlah tangkai bunga per ikat disesuaikan dengan besarnya diameter bunga, yaitu
minimal berdiameter 20 cm bila dibungkus dan jumlah tangkainya minimal 10
tangkai bunga. Bunga yang sudah diikat, disimpan dalam wadah yang berisi air.
Setelah 10 ikat, ikatan tersebut sebaiknya cepat dibawa ke bagian sortasi dan
dibungkus dengan kertas pembungkus. Produktifitas krisan cukup baik jika
diperoleh 5 bungkus setiap 1 m2 atau 50 tangkai bunga per m2.
Untuk mengetahui kualitas bunga, dilakukan uji coba vase
life bunga krisan potong dengan kriteria yang diamati pada bunga-bunga
setelah panen adalah:
1. Tingkat
pecahnya benang sari:
0
= Belum pecah
1
= Pecah 0 - 25 % dari lingkar bunga
2
= Pecah 25 - 50 % dari lingkar bunga
3
= Pecah 50 - 70 % dari lingkar bunga
4
= Pecah > 75 % dari lingkar bunga
2. Tingkat
perubahan warna bunga:
0 = Sesuai deskripsi varietas
1 = Pudar 0 - 25 % dari warna asli
2 = Pudar 25 - 50 % dari warna asli
3 = Pudar 50 - 70 % dari warna asli
4 = Pudar > 75 % dari warna asli
3. Kondisi
bunga:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
4. Tingkat
perubahan warna daun:
0 = Hijau
1 = Menguning 0 - 25 %
2 = Menguning 25 - 50 %
3 = Menguning 50 - 75 %
4 = Menguning > 75 %
5. Kondisi daun:
0 = Segar
1 = Layu
2 = Kering 0 - 25 %
3 = Kering 25 - 50 %
4 = Kering 50 - 75 %
5 = Kering > 75 %
3.3
Penanganan pada Pengemasan
Pengemasan bunga krisan dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara antara lain menggunakan kardus, keranjang plastik atau kantong
plastik bisa juga dengan menggunakan ember. Faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengangkutan adalah penentuan alat angkutan yang cocok dengan jarak
tempuh ke tempat pemasaran. Untuk tujuan pemasaran dengan jarak tempuh yang
jauh dapat dipilih alat angkut yang dilengkapi fasilitas pendingin yang bersuhu
70C - 80C dan kelembaban 60% - 70%. Kemasan berisi bunga
krisan kemudian disusun secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box
alat angkut.
Alat angkut yang digunakan bergantung
pada jarak kebun dengan packinghouse, fasilitas yang ada, dan kondisi topografi
kebun. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa ember plastik digunakan untuk
wadah bunga krisan potong dan diangkut dengan tenaga manusia bila bangsal
pengemasan berada di lokasi kebun. Setelah dikemas, bunga potong siap untuk
dikirim/dipasarkan. Pengemasan paling sederhana yang bisa
dilakukan dalam pengemasan bunga potong adalah membungkus bunga dengan kertas
koran. Koran sebagai pengemas bunga potong pertama kali diperkenalkan oleh
Ketsa dan Dadaung untuk mengemas bunga mawar (Widyawan dan Prahastuti, 1994).
Bunga yang dikemas koran kemudian dikemas lagi dalam kotak berombak lalu
dibungkus dengan kantong tak berlubang dan dibiarkan kering pada kelembaban
relatif 80%. Kondisi ini dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 12 hari.
Scacht dalam Widyawan dan Prahastuti (1994) menciptakan sistem kemas berupa
kotak bunga unik yang bisa berfungsi untuk menyimpan, mengirim dan juga dapat
digunakan sebagai jambangan. Kotak unik ini dilengkapi dengan penahan tutup
yang mudah diatur. Panjang pendeknya kotak dapat disesuaikan dengan panjang
tangkai bunga, yang diatur dengan pita yang dapat disesuakan ukurannya. Toltman
(1987) merancang kemasan bunga potong untuk pengiriman yang sekaligus dapat
berfungsi sebagai buket.
Pengemas bunga sebaiknya
dilengkapi dengan bakterisida yang dilengkapi dengan kapas yang dibasahi dengan
larutan pengawet., kemudian dimasukkan dimasukkan dalam telescopic box
(kotak tembus pandang) agar warna dan keindahan bunga dapat dilihat dengan
mudah. Dalam kotak kemas bisa juga diberikan purrafil pack, yang
mengandung larutan KMnO4 sebagai penyerap etilen. Teknologi
pengemasan tersebut di atas memang relatif sulit dilakukan di tingkat petani
tradisional yang memiliki modal rendah. Tirtosoekotjo dan Murtiningsih (1992)
mengungkapkan bahwa pengepakan di tingkat petani dapat dilakukan dengan
menggunakan keranjang bambu yang permukaanya dilapisi dengan lembaran plastik
serta memberi kapas basah pada potongan tangkai untuk mempertahankan kelembaban
bunga. Pengepakan dengan model tersebut dapat menurunkan tingkat kerusakan
bunga potong tanpa banyak menambah biaya.
BAB
IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Krisan merupakan tanaman bunga
berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau
chysanthemum berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari
dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium
(ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Di Jepang abad ke-4 mulai
membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan simbol kekaisaran
Jepang dengan sebutan Queen the east.Tahapan akhir dari budidaya bunga potong Krisan
adalah pemanenan, dimana pada tahap ini tingkat kematangan produk yang akan
dihasilkan telah optimum. Panen dapat dilakukan pada umur tanaman 90-100 hari
sesudah tanam. Bunga siap dipanen setelah petal bunga membuka 75-100% (sesuai
dengan permintaan konsumen). Hasil panen dilapangan, diusahakan agar secepatnya
diletakan pada tempat yang teduh dengan wadah tampung yang baik, sesuai produk
yang dihasilkan, seperti menggunakan ember yang berisi air, keranjang plastik
atau kain terpal yang dapat dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapang.
Bunga potong krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial
yang dapat diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti
Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar.
Untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan
karena layu, patah batang
atau tangkai bunga,
serta lepasnya kelopak bunga, maka
diperlukan perhatian khusus
pada penanganan pascapanennya agar
produk yang dihasilkan
mempunyai shelf-life (umur
simpan) dan vase-life (umur kesegaran) yang cukup panjang. Penanganan pascapanen
merupakan suatu kegiatan perlakuan terhadap
bunga setelah panen
sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Penanganan pasca
panen pada krisan
dilakukan untuk : 1) Memperkecil respirasi,
2) Memperkecil transpirasi,
3) Mencegah infeksi atau
luka, 4) Menjaga
performance, 5) Meningkatkan
daya saing. Penanganan
pascapanen yang baik
dan benar pada
krisan sebagai upaya menuju
Standar Nasional Indonesia
(SNI), sehingga mampu bersaing di pasar domestik maupun
internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Dalam http://www.iptek.net.id/ind/warintek dan http://budidaya petani.blogspot.com/2013/02/budidaya-krisan-lengkap.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul
20.00 WITA. Makassar.
BAPPENAS, 2008. Krisan. (On line). Dalam http://www.warintek.progession.or.id/. Diakses pada
tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
IPTEKNET,
2006. (On line). Dalam http://www.ipteknet.progession.or.id/. Diakses pada
tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
Rukmana, H.R.
dan A. E, Mulyana. 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA. Makassar.
Soekarwati. 1999. Manajemen Agribisnis Bunga Potong.
UI-PRESS. Jakarta. . Diakses pada tanggal 14 Desember 2013, pukul 20.00 WITA.
Makassar.
Widyawan, R. dan Prahastuti. 1994. Bunga Potong.
Tinjaun Literatur. PDII. LIPI. Jakarta. . Diakses pada tanggal 14 Desember 2013,
pukul 20.00 WITA. Makassar.